Kesulitan Berproduksi, Hyundai Motors Pertimbangkan Opsi Jual Pabrik di Rusia
Banyak pabrik di Rusia telah menangguhkan produksi dan memberhentikan karyawan mereka, karena kurangnya ketersediaan peralatan berteknologi tinggi.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Produsen otomotif asal Korea Selatan Hyundai Motors sedang mempertimbangkan opsi untuk menjual pabriknya di Rusia.
Banyak pabrik di Rusia telah menangguhkan produksi dan memberhentikan karyawan mereka, karena kurangnya ketersediaan peralatan berteknologi tinggi akibat sanksi dan eksodus pabrikan Barat, sejak Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari.
Menurut laporan surat kabar Korea Selatan, Dong-a Ilbo, yang terbit Selasa (18/10/2022), Hyundai Motors baru-baru ini menyerahkan laporan kepada manajemen yang berisi prospek masa depannya di Rusia, menyusul kesulitan dan tantangan dalam menjalankan operasi bisnis di negara itu.
Baca juga: Pangsa Pasar Industri Otomotif Rusia Merosot hingga 79 Persen, Ribuan Mobil Mangkrak di Pelabuhan
Melansir dari Reuters, Hyundai Motors, bersama dengan afiliasi Kia Corp, termasuk di antara 10 produsen mobil terbesar di dunia berdasarkan penjualan. Perusahaan ini membangun sekitar 200.000 kendaraan per tahun di Rusia, atau sekitar 4 persen dari kapasitas produksi globalnya.
"Kami memperkirakan bahwa Hyundai dan Kia bersama-sama dapat menghasilkan setidaknya kerugian 450 miliar won ($315 juta) tahun ini karena lingkungan bisnis di Rusia," kata seorang analis di Samsung Securities, Esther Yim.
Hyundai Motors menangguhkan operasi di pabrik Rusia pada Maret, dan menurut pengajuan peraturan dari perusahaan itu menunjukkan tidak ada penjualan mobil di Moskow pada Agustus dan September.
"Meskipun masih belum jelas apa yang akan dilakukan Hyundai dengan pabriknya di Rusia, Hyundai memiliki banyak faktor untuk benar-benar keluar dari Rusia, seperti situasi keuangan dan hubungannya dengan Rusia dan Amerika Serikat," kata seorang analis di Korea Investment & Securities, Kim Jin-woo.
Pekan lalu, Nissan Motor Co Ltd. menyerahkan bisnisnya di Rusia kepada entitas milik negara, mengambil kerugian sebesar 687 juta dolar AS, menjadi kerugian terbesar perusahaan global yang berusaha keluar dari Rusia.