Bertemu Gaikindo-nya Tiongkok, Menperin Tawarkan Kerjasama Perakitan untuk Tes Pasar, Apa Skemanya?
Empat pabrikan otomotif China sepakat menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mobil listrik setir kanan untuk pasar ekspor.
Penulis: Sanusi
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM - Investasi menjadi instrumen penting bagi keluar masuknya arus modal dari dalam maupun luar negeri untuk ditanamkan pada sektor-sektor yang berpotensi menghasilkan keuntungan ekonomis.
Kunjungan kerja Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita ke Tiongkok minggu ini makin membuka peluang bagi para pelaku industri otomotif asal Negeri Tirai Bambu untuk meningkatkan ekspor kendaraan bermotor berbasis listrik yang diproduksi di Indonesia.
Dalam lawatannya ke Tiongkok, Agus Gumiwang bertemu empat bos perusahaan otomotif, yaitu Neta, SGMW (Wuling), Dongfeng, dan Chery.
Petinggi keempat perusahaan yang ditemui Menperin menyambut baik harapan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor, baik melalui penambahan volume maupun negara tujuan ekspor, dari pabrik-pabriknya di Indonesia.
Dalam pertemuan terpisah, empat industri otomotif China tersebut juga sepakat dengan Menperin untuk menjadikan Indonesia sebagai hub basis produksi mobil listrik setir kanan, untuk diekspor ke 54 negara pengguna mobil setir kanan.
Dengan demikian, hal itu sejalan dengan target pemerintah Indonesia yang telah menetapkan produksi electric vehicle pada tahun 2030 sebesar 600.000 unit.
Libatkan Vendor Lokal untuk Rantai Pasok Perakitan Mobil
Kamis kemarin, 13 Juni 2024, saat melakukan pertemuan bilateral dengan China Association of Automobile Manufacturers (CAAM) atau Gaikindo-nya Tiongkok, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan Pemerintahan Indonesia menawarkan skema kerja sama perakitan bagi industri otomotif Tiongkok yang ingin melakukan uji pasar di Indonesia.
Menperin memberi contoh industri otomotif Tiongkok yang sudah lebih dahulu masuk di Indonesia yaitu, MG yang dirakit di pabrik SGMW, serta Chery dan Neta yang dirakit di general assembler PT Handal.
"Kami berharap skema ini dapat dipromosikan ke industri otomotif Tiongkok lainnya, sehingga semakin banyak pabrikan Tiongkok yang dapat memanfaatkan peluang ini," ujarnya, di Park Hyatt Hotel, Beijing, Kamis (13/6/2024).
Pemerintah Indonesia sangat mengharapkan pabrikan otomotif Tiongkok dapat membawa rantai pasok mereka ke Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga mengharapkan agar pabrikan Tiongkok dapat memanfaatkan komponen produksi dari Industri Kecil Menengah (IKM) Indonesia dan menjadikannya bagian dari rantai pasok global.
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang Tantang Semua Brand Otomotif BAIC Group Rakit Mobilnya di Indonesia
Menperin mengatakan, Pemerintah Indonesia berharap Gaikindo dan CAAM dapat mengawal kolaborasi ini dengan baik, sehingga Indonesia dapat dijadikan pilihan utama sebagai basis produksi otomotif khususnya untuk kendaraan setir kanan.
"Selain itu, kami juga berharap Gaikindo dan CAAM dapat menggali potensi perluasan negara tujuan ekspor bagi perusahaan Tiongkok yang berinvestasi di Indonesia," ujarnya.
Rasio Kepemilikan Mobil di Indonesia Masih Rendah
China Association of Automobile Manufacturers (CAAM) mengungkapkan Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di ASEAN, dengan total penjualan pada tahun 2023 mencapai 1 juta unit, yang setara dengan 30 persen dari pangsa pasar di ASEAN.
Executive Vice Chairman and Secretary General CAAM Fu Bingfeng, menuturkan meskipun Indonesia memiliki penjualan terbesar di ASEAN, rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih rendah.
Yaitu 99 unit per 1.000 penduduk, dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai 490, Thailand 275, dan Singapura 211.
"Hal ini menunjukkan masih besarnya peluang bagi perkembangan industri otomotif di Indonesia," ujar Fu Bingfeng.
Fu Bingfeng juga menjabarkan penetrasi industri otomotif China di Indonesia.
Fu Bingfeng, mengatakan pada tahun 2023, penjualan retail dari brand asal Tiongkok di Indonesia mencapai 33 ribu unit dengan pangsa pasar sebesar 3,4 persen.
Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, di mana penjualan hanya mencapai 27 ribu unit dengan pangsa pasar sebesar 2,7 persen.
"Peningkatan ini mencerminkan kontribusi yang semakin besar dari brand Tiongkok dalam pasar otomotif Indonesia," ujarnya..
Selain itu, kata Fu Bingheng, CAAM juga melihat meningkatnya jumlah pabrikan asal Tiongkok yang masuk ke Indonesia.
Masuknya Chery, Neta, dan yang terbaru BYD menandakan ketertarikan yang kuat dari pabrikan Tiongkok untuk berinvestasi di pasar Indonesia.
CAAM sangat mengapresiasi minat ini dan berharap dapat terus memperkuat hubungan kerja sama antara kedua negara.
TKDN di Industri Otomotif Nasional
Pada Mei 2024 PT Neta Auto Manufacturing Indonesia telah memproduksi Neta V-II dengan TKDN mencapai 40 persen dan berencana untuk meningkatkan TKDN sampai dengan 60 persen pada 2025, dengan target penjualan sebesar 10.000 unit per tahun.
Pada pertemuan dengan SAIC GM Wuling Automobile Company, Agus mengapresiasi kinerja perusahaan tersebut yang telah mampu mengekspor produk mobil listriknya ke 11 negara dan menjadikan Indonesia sebagai fasilitas produksi industri otomotif terbesar di luar China.
“Pemerintah Indonesia mengharapkan agar Wuling dapat menjajaki peningkatan pasar ekspor terutama untuk produk EV agar semakin menegaskan target Indonesia sebagai basis produk EV di ASEAN dan dunia," kata Agus.
Selanjutnya, pada pertemuan dengan Cherry Automobile, perusahaan ini akan melakukan riset produksi mobil PHEV (plug-in hybrid vehicle) di Indonesia.
Chery juga telah menyampaikan komitmennya untuk memproduksi kendaraan EV dengan total 100.000 unit pada tahun 2030.
Pemerintah Indonesia juga menyampaikan apresiasi kepada Dongfeng Sokon yang telah meluncurkan produk kendaraan listrik di Indonesia dan mengharapkan untuk dapat memperbanyak line up produksi kendaraan listrik dengan membawa model EV dari Principal ke Indonesia.
Saat ini, Sokon memiliki kapasitas produksi 50 ribu unit. Kapasitas produksi SGMW mencapai 120 ribu unit.
Sedangkan Chery berencana memiliki kapasitas produksi 8.000 unit. Begitu pula Neta yang rencana produksinya sebesar 9.300 unit.