Ekonomi Bergejolak, Ekspor Mobil Tahun 2024 Diprediksi Turun 10 Persen
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target penjualan mobil 2024 menjadi hanya 850.000 unit dari sebelumnya 1,1 juta.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Kondisi ekonomi dunia yang masih tidak stabil serta daya beli yang tengah lesu di dalam negeri membuat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target penjualan mobil 2024 menjadi hanya 850.000 unit dari sebelumnya 1,1 juta.
Saat penjualan domestik lesu, pasar ekspor roda empat juga diperkirakan ikut melemah. Volume ekspor mobil CBU (Completely Built Up) Januari-September 2024 baru mencapai 343.223 unit. Sedangkan selama 2023 tembus 505.134 unit.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam memprediksi pasar ekspor mobil akan turun hingga 10 persen tahun ini.
"Ekspor kita rasa akan turun karena permintaan melemah. Secara umum demand di global turun. Mungkin antara 5-10 persen. Tapi tiap wilayah beda-beda penurunannya," tutur Bob di Depok, Jawa Barat, Rabu (30/10/2024).
Meski turun, Toyota melihat ada sebuah fenomena unik di beberapa negara. Dimana sebagai negara tujuan ekspor Toyota justru meningkatkan persediaan.
Peningkatan persediaan mobil buatan Toyota Indonesia ini diperkirakan untuk mengantisipasi gangguan logistik global yang diakibatkan oleh perang di beberapa negara.
Sebab jika Terusan Suez di Mesir terkena dampak memanasnya situasi Timur Tengah, biaya logistik akan melonjak tinggi karena kapal niaga harus menempuh rute lebih jauh.
Kapal-kapal dagang harus memutar ke Tanjung Harapan. Dimana selain waktu tempuhnya yang akan lebih lama, cost-nya juga akan lebih tinggi.
Baca juga: Ekspor Mobil Indonesia Turun Jadi 2,78 Miliar Dolar AS hingga Juni 2024
"Ada satu fenomena yang kita butuh waktu juga untuk mempelajarinya. Sebab di beberapa negara tujuan, ekspor malah naik. Naiknya ini kita tengarai karena antisipasi pemerintah sana atas gangguan logistik imbas perang, sehingga mereka meningkatkan persediaan. Jadi bukan karena demand," jelas Bob Azam.