Sebuah Seni Hidup Berkesadaran: Mengenali Diri dan Menikmati Hidup
Berkesadaran merupakan sebuah sikap dan pandangan yang senantiasa dilatih agar setiap manusia peka menjalani hidup yang penuh tumbuh kembang.
Editor: Brand Creative Writer
TRIBUNNEWS.COM - Seringkali kita merasa mencapai hidup yang berkesadaran merupakan suatu hal yang mustahil, terutama di tengah hiruk pikuk dunia modern. Saya tidak punya waktu untuk bermeditasi, bahkan untuk sekadar duduk diam menenangkan diri saya -kata kebanyakan orang.
Namun faktanya berkesadaran tidak hanya mengenai duduk diam dan bermeditasi, ia merupakan sebuah sikap dan pandangan yang senantiasa dilatih agar setiap manusia peka menjalani hidup yang penuh tumbuh kembang.
Tumbuh kembang setiap individu merupakan suatu proses yang menjadikan mereka ada. Tanpa adanya sikap berkesadaran, orang-orang akan sibuk membandingkan diri dengan orang lain (over-socialization) atau berhenti ketika seseorang telah merasa otentik (rigidly authentic).
Artinya hidup berkesadaran melihat pertumbuhan sebagai sesuatu yang dinamis -yang mana setiap individu selalu mempunyai waktu dan kesempatan mereka untuk terus berkembang.
Sejatinya, tumbuh kembang akan selalu berjalan bersama dengan berkesadaran. Sikap ini bisa ditumbuhkan dengan melatihnya secara pribadi diimbangi dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi Individu yang Berkesadaran
Apapun yang kita lakukan sekarang, sampai mana hidup memproses kita, dimanapun kita ditempatkan, ada tiga hal penting yang perlu kita sadari akan keberadaan kita: kesayaan, logika-etika-estetika, dan peran-peran kita sekarang.
Hal pertama adalah menyadari ke-’saya’-an. Dalam hal ini, Ke-“saya”-an bukanlah saya, karena saya yang tak pernah bisa didefinisikan dengan satu entitas, tak pernah permanen, dan tak pernah terisolasi. Terlihat kompleks, bukan? namun hal ini merupakan elemen esensial yang dapat mempengaruhi setiap aspek dalam hidup kita. Refleksi akan ‘kesayaan’ akan membangun kesadaran akan kehadiran yang dapat dirasakan melalui napas, tubuh, perasaan, dan pikiran.
Selanjutnya adalah penggunaan logika, etika, dan estetika -mereka dapat diibaratkan sebagai senjata maupun perangkat penting yang kita perlukan untuk mengarungi kehidupan. Ketiga hal ini merupakan satu paket yang saling melengkapi, tidak dapat dilakukan secara terpisah dan tak pernah mengungguli satu sama lain.
Logika biasanya berkaitan dengan pandangan benar-salah, etika berbicara mengenai mana hal yang baik dan mana yang buruk, sedangkan estetika merupakan penilaian akan keindahan atau keharmonisan suatu hal.
Dalam hidup itu kombinasi akan ketiganya akan melahirkan pandangan yang padu akan hidup, logika melahirkan ilmu pengetahuan, etika menghasilkan norma, dan estetika memberikan keindahan.
Hal terakhir adalah menyadari peran-peran yang kita miliki sekarang. Kita harus melihat peran kita sekarang melalui perspektif yang baru. Ia bukan hasrat atau passion, karena sejatinya peran merupakan hal yang dianugerahkan kepada kita -bukan kita pilih. Peran juga bukanlah tujuan atau purpose. Sejatinya, kita sebagai manusia yang diciptakan tidak akan pernah mampu memahami alasan penciptaan diri.
Kesadaran akan ketiga aspek ini akan melahirkan pandangan dan cara hidup yang baru. Kita harus mencoba untuk mengambil langkah baru untuk mempertanyakan dan menimbang setiap aspek kehidupan kita, dan tentunya menjadi pribadi yang baru dan lebih baik lagi. Pola hidup berkesadaran dapat melahirkan hal yang positif bagi kehidupan seseorang.
Praktik Sikap Berkesadaran dalam Kehidupan Sehari-hari