Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Caleg Perempuan Ini Ingin PAUD Jadi Wajib Belajar dan Gratis

Sementara, saat anak menginjak usia delapan tahun, jaringan otaknya mengalami perkembangan yang begitu pesat

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Caleg Perempuan Ini Ingin PAUD Jadi Wajib Belajar dan Gratis
Istimewa
Fahira Idris saat orasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebenarnya adalah  kawah candradimuka yang melahirkan calon-calon penerus bangsa. Jika PAUD bagus, maka 30 tahun ke depan bangsa ini akan dijalankan oleh orang-orang cerdas, berkarakter kuat, dan punya kepribadian yang tangguh. Oleh karena itu, sudah selayaknya PAUD di Indonesia jadi program wajib belajar dan gratis, agar  mutu siswa, guru, sarana dan prasarana PAUD dapat meningkat.

Caleg DPD Dapil DKI Jakarta Fahira Idris mengatakan, sudah banyak riset yang menyimpulkan kalau 50 persen kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur empat tahun. Sementara,  saat anak menginjak usia delapan tahun, jaringan otaknya mengalami perkembangan yang begitu pesat dan mencapai pucaknya saat berusia 18 tahun.

“Ini (hasil riset), harusnya tidak membuat pemerintah dan legislatif ragu menjadikan PAUD sebagai program wajib belajar. Anak-anak ini aset masa depan kita. Harusnya mereka mendapat pelayanan pendidikan usia dini yang nyaman, menyenangkan, berkualitas, dan gratis,” tegas Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Fahira Idris, seorang anggota DPD punya wewenang untuk  ikut membahas RUU yang berkaitan dengan pendidikan. “Jika saya terpilih jadi anggota DPD, saya akan perjuangkan PAUD jadi program wajib belajar sehingga bisa dinikmati gratis oleh seluruh anak di Jakarta,” ujar perempuan yang juga aktivis sosial ini.

Memang, dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), PAUD masih dikategorikan jenis pendidikan non formal. Karena pendidikan non formal, maka sekitar 174 ribu unit PAUD di Indonesia adalah inisiatif kelompok-kelompok masyarakat. Keberadaan PAUD yang masuk kategori pendidikan non formal juga mengakibatkan belum ada perhatian khusus pemerintah, padahal PAUD tidak kalah pentingnya dari SD, SMP, mapun SMA.

“Jika PAUD berkualitas, anak-anakkita  akan terbentuk dan tumbuh jadi pribadi yang mandiri, percaya diri, punya rasa sosial yang tinggi, cepat beradaptasi, berani jujur, dan punya rasa ingin tahu yang besar. Jenjang PAUD menjadi penting karena anak-anak inilah yang akan menjalankan roda bangsa ini 30-40 tahun ke depan,” ujar Caleg DPD Dapil DKI Jakarta nomor 11 ini.

Di Jakarta sendiri, menurut Fahira, saat ini  ada sekitar 1.250-an PAUD, dengan jumlah peserta didik sekitar 68 ribu anak yang diajar 6200-an tenaga pengajar.  Hampir semua PAUD ini juga inisiatif masyarakat sehingga mulai dari visi misi hingga kurikulumnya dibuat sesuai keinginan para penyelenggara PAUD. Sementara, tenaga pengajarnya kebanyakan adalah relawan.

Berita Rekomendasi

Persoalan mendasar lain terkait PAUD, lanjut Fahira, kebanyakan gedung-gedung PAUD di Jakarta masih sangat sederhana atau seadanya. Tenaga pengajarnya, hampir 80 persen juga belum sarjana, ditambah gajinya yang sangat minim. “(Honor guru PAUD) Tidak layak disebut gaji. Fasilitas sangat kurang, alokasi negara untuk PAUD juga seadanya ,” ungkap Fahira Idris yang juga Ketua Yayasan Anak Bangsa Berdaya dan Mandiri ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas