Aburizal Capres, Bagaikan Buah Simalakama
Momentum untuk menggoyang pencalonan Aburizal adalah rapat pimpinan nasional (rapimnas) yang dijadwalkan pada pekan-pekan ini.
Editor: Johnson Simanjuntak
Goyangan untuk Aburizal datang dari 10 ormas dan sayap partai. Berkumpul di DPP Partai Golkar, Jumat (2/5/2014), mereka merumuskan sejumlah kesepakatan setelah rapat selama dua jam.
Salah satu kesepakatan menyoal kemungkinan Aburizal akan bersikeras maju sebagai bakal calon presiden. "Kalau Pak Ical tetap menjadi capres, maka harus ada kader-kader lain yang menjadi cawapres (bagi partai lain)," kata Ketua Umum Satkar Ulama Indonesia HM Aly Yahya.
Bila Partai Golkar ingin menurunkan target dengan hanya mengusung bakal calon wakil presiden, imbuh Aly, keputusan harus diambil dalam forum rapat pimpinan. "Tidak bisa sembarangan menurunkan grade," tegas dia.
Dengan perkembangan situasi ini, pertanyaan besarnya adalah apakah Aburizal bersedia tetap maju menjadi bakal calon presiden sekalipun peluang kemenangannya tak besar? Sebaliknya, apakah kader-kader partai yang main di "kaki yang lain" sebagai bakal calon wakil presiden bisa dipastikan tak akan menelikung Aburizal di tikungan?
Beberapa nama kader Partai Golkar memang muncul menjadi bakal calon wakil presiden bagi bakal calon presiden dari partai lain. Sebut saja di antara nama-nama itu adalah Jusuf Kalla, Luhut Panjaitan, Priyo Budi Santoso, Agung Laksono, dan Ginanjar Kartasasmita.
Pilihan bagi Partai Golkar sekarang tampaknya adalah "mengorbankan" Aburizal dengan tetap mengusungnya sebagai bakal calon presiden sekalipun elektabilitasnya rendah, atau "menyelamatkan" pemilik grup usaha Bakrie ini dengan "turun grade" hanya mengusungnya menjadi bakal calon wakil presiden bagi kandidat lain.
Momentum rapimnas bisa jadi memang akan menjadi penentu langkah politik Aburizal ke depan. Ibarat kata, posisi Aburizal pada hari-hari ini adalah "maju kena, mundur kena", bak pilihan hendak memakan atau tidak buah simalakama.