Konsolidasi Nasional Kawan Jokowi, R Priyono: Bangsa Jangan Terpecah Hanya Karena Pilpres
R Priyono menegaskan, pemuda yang tergabung dalam Kawan Jokowi tidak boleh melupakan sumpah pemuda dan menolak untuk diadu domba oleh siapapun
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingginya eskalasi politik jelang pemilihan presiden hendaknya tidak membuat persatuan bangsa terpecah-belah.
Sebaliknya, ketatnya kompetisi yang dilakoni para Capres hendaknya menjadi pembelajaran bagi para pemuda sebagai persiapan regenerasi dan pergantian estafet kepemimpinan di masa datang.
Hal itu disampaikan Dewan Pembina, R Priyono saat memberikan pembekalan kepada 25 perwakilan Propinsi Kawan Jokowi dalam rangka konsolidasi nasional, di Jakarta, Sabtu (7/6/2014) kemarin. R Priyono, yang juga mantan Kepala BPMigas, didamping Ketua Umum Nasional Kawan Jokowi, Diaz Hendropriyono dan Sekjen HMI, M Chairul Basyar.
Ia mengingatkan, pemuda hendaknya tidak melupakan sumpah pemuda dan menolak untuk diadu domba oleh siapapun terkait kampanye. Pilpres, kata Priyono, tak semestinya menjadi ajang adu domba sesama anak bangsa.
“Kalian semua harus belajar dari Pilpres tahun ini sehingga ketika lima tahun lagi ada regenerasi serta estafet kepemimpinan bangsa, kalian sudah tahu apa yang harus dilaksanakan. Kita semua satu bangsa dan satu tanah air yang tidak boleh terpecah-pecah hanya karena pilpres yang berusia satu bulan sejak hari ini,” tegas Priyono.
Priyono juga meminta para pemuda yang tergabung dalam Kawan Jokowi diminta untuk kembali ke Sumpah Pemuda serta memegang erat sumpah pemuda yang diucapkan oleh kaum muda pada saat itu, yang tidak lain adalah para kakek nenek pemuda Kawan Jokowi.
Lewat cara itu, para pemuda yang tergabung dalam Kawan Jokowi di seluruh Indonesia bisa memaknai secara dalam lagu Indonesia Raya yang selalu diperdengarkan di tiap agenda nasional.
“Jangan mau diadu domba. Bagaimana mungkin bisa, begitu selesai menyanyikan lagu Indonesia Raya, ada sekelompok pemuda yang tinggal di Indonesia ingin menghancurkan bangsa dan negaranya sendiri dengan menyatakan melawan pluralisme, menghancurkan yang berbeda agama, suku atau rasnya. Bayangkan saja, ketika kita semua selesai bernyanyi… Marilah kita berseru, Indonesia Bersatu... kemudian berbondong-bondong ada sekelompok orang menghancurkan, memecah belah, menyerang kelompok lain dll. Apakah kita mau jadi bangsa barbar apa ya?” kata Priyono yang disambut tepuk tangan para peserta konsolidasi.
Priyono menekankan merupakan takdir dan kewajiban, bagi mereka yang lahir, hidup dan mati di negara yang bernama Indonesia untuk meneruskan nilai-nilai perjuangan para bapak bangsa dan para pendiri bangsa.
Karena itu, Priyono mengajak para pemuda menjemput takdir masing-masing terkait dengan pilpres 2014 ini. Dalam akhir pembekalannya, Priyono kembali mengingatkan bahwa dalam estafet peralihan kepemimpinan bangsa, para pemuda perlu menyiapkan diri lewat cara cerdas, santun dan berbudaya dalam berpolitik, bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.
Dengan begitu, 'Indonesia Satu Tak Terbagi', tidak terbagi-bagi atau terpecah-pecah.