Mesin Politik Parpol, Dinilai Dongkrak Elektabilitas Prabowo-Hatta
Menurut Igor parpol sebagai mesin politik lebih dimainkan dan digerakkan oleh pasangan Prabowo-Hatta dibandingkan oleh pasangan Jokowi-JK.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Warta Kota, Budi Malau
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Tren meningkatnya elektabilitas Prabowo-Hatta dinilai oleh Pengamat Politik Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara, lebih dikarenakan efek mekanisme partai politik pengusung mereka yang bekerja.
Parpol sebagai mesin politik digerakkan secara sinergis sehingga mendapatkan sentimen positif dari masyarakat.
"Pilpres memang mengutamakan figur, tapi yang melakukan sosialisasi figur adalah partai, dan mesin politik partai pengusung Prabowo-Hatta lebih jalan termasuk dalam berbagai cara untuk mendapat sentimen positif dari masyarakat," kata Igor kepada Warta Kota, di Jakarta, Selasa (17/6/2014).
Menurutnya parpol sebagai mesin politik lebih dimainkan dan digerakkan oleh pasangan Prabowo-Hatta dibandingkan oleh pasangan Jokowi-JK.
Hal ini katanya membuat tren elektabilitas Prabowo- Hatta terus naik sementara Jokowi-JK tampak stagnan.
Igor menjelaskan mesin politik Prabowo-Hatta sangat baik bermain di media sosial karena respon pengguna media sosial lebih positif kepada Prabowo dan Hatta dibanding Jokowi-JK.
Selain itu, katanya, parpol berhasil menunjukkan kepribadian capres terutama saat menyetting di depan umm yakni televisi dalam mempengaruhi publik.
"Prabowo saat tampil mengambil nomor urut dan deklarasi damai, selalu menyebut nama Jokowi. Sementara tidak dengan Jokowi. Ini memberikan sentimen positif juga pada masyarakat," paparnya.
Selain itu juga, Prabowo dianggap memberi hormat kepada petinggi partai politik koalisi pendukung Jokowi-JK. Namun sayangnya, Megawati, Ketua Umum PDIP yang mengusung Jokowi, justru dianggap tidak bersikap sama.
"Ibu Mega tampak kurang peduli saat Prabowo menyalaminya dengan sebelumnya memberi hormat sambil berdiri tegap. Lagi-lagi ini membuat masyarakat memberikan poin positif kepada Prabowo," kata Igor.
Sementara Pengamat politik Jari-Nusa Deni Lesmana mengatakan, sejumlah hasil survey yang menunjukkan bahwa tren elektabilitas pasangan capres cawapres Prabowo-Hatta terus meningkat dan semakin mendekati tingkat elektabilitas Jokowi-Hatta yang terus menurun, menunjukkan elektabilitas Jokowi-JK seperti terkunci.
"Sementara elektabilitas Prabowo-Hatta justru berpeluang meraih swing votter atau pemilih yang saat ini belum menentukan pilihan. Tren elektabilitas Jokowi-JK seperti terkunci dan cenderung negatif," kata Deni.
Karenanya jika kubu Prabowo-Hatta berhasil merebut hati masyarakat yang belum menentukan pilihan, maka peluang sangat besar bisa memenangi Pilpres.
Deni mengatakan hal ini mengancam Jokowi-JK dan mereka mesti mengeluarkan jurus jitunya mengatasi terkuncinya elektabilitas mereka.
"Sebab terus meningkatnya elektabilitas Prabowo-Hatta jadi ancaman tersendiri bagi pasangan Jokowi-JK. Pasalnya, apabila tren tersebut tak mampu dibendung, besar kemungkinan Prabowo-Hatta yang memenangi pemilu presiden 9 Juli mendatang," katanya.