Jalankan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, Unikama Siap Revitalisasi Kurikulumnya
Unikama mempersiapkan diri untuk melaksanakan Program Mendikbud Nadiem Karim tentang kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.
Editor: Content Writer
Konsep Multikultural yang dimiliki Unikama merupakan kekuatan untuk menghadapi revolusi Industri yang sedang berkembang. Justru di era global ini konsepnya Unity/Persatuan dari berbagai komponen masyarakat, global maupun nasional.
“Mahasiswa ini ketika mereka lulus dan kembali ke masyarakat, nantinya mahasiswa ini dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi. Saya berpendapat jika mahasiswa sudah terbiasa hidup dalam sebuah masyarakat yang plural dan budaya bermacam-macam nantinya mereka kembali ke masyarakat disana kehidupannya juga multikultur,” imbuhnya.
Selain internal, masukan juga diterima dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) wilayah VII Jatim dengan mendatangkan Dr Widyo Winarso MPd, Sekretaris Pelaksana LL Dikti Wilayah VII Jatim lewat sosialisasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dengan mengundang para dosen.
"Esensinya di empat program di Kampus Merdeka sebenarnya memberikan kebebasan pilihan berupa otonomi di satuan pendidikan. Bahkan mengeliminasi proses-proses birokrasi dan administrasi. Contohnya soal akreditasi," kata Widyo di acara itu.
Paling krusial di program itu ada di tiga semester di luar prodinya.
Di negara maju ini bukan hal baru. Kebebasan mahasiswa untuk menentukan apa yang ingin dia pelajari dan mengembangkan potensi yang mereka miliki, bahkan sudah banyak modelnya.
Selama ini perguruan tinggi memberikan bekal hanya satu jenis keterampilan pada mahasiswa. Hal ini pun membuat mereka tidak siap di dunia kerja.
Maka dari itu, kebijakan ini diharapkan bisa memberikan bekal mahasiswa agar bisa ‘berenang’ di laut bebas.
“Sehingga lima semester di dalam kampus itu mayor dan minornya tiga semester sebagai pelengkap,” kata Widyo.
Maka kewajiban perguruan tinggi untuk menyediakan fasilitas sebagaimana diatur di Permendikbud nomer 3.
“Maka perlu diramu kurikulum baru untuk mengakomodir itu,” paparnya.
Sehingga nantinya kegiatan-kegiatan mahasiswa sambil kuliah bisa dihargai dengan SKS dan ada legalitasnya.
Selain itu, diperlukan juga kesiapan dosen pendamping mahasiswa. Terutama untuk dua semester di luar kampus yang dilakukan mahasiswa. Karena bisa jadi ada mahasiswa memilih kegiatan yang tak sama antar mahasiswa.
Misalkan wirausaha, pengabdian, magang dan lain-lain. Di satu sisi, ini juga membantu pengembangan kompetensi dosen karena jadi mengetahui banyak hal.