Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kondisi Masyarakat Banten sebelum Masuknya Islam, Jawaban Soal SMP Belajar dari Rumah TVRI

Jelaskan Kondisi Masyarakat Banten Sebelum Masuknya Islam ke Daerah Tersebut? merupakan soal Belajar dari Rumah TVRI SMP Senin (27/4/2020) Jawaban

Penulis: Arif Fajar Nasucha
Editor: Ayu Miftakhul Husna
zoom-in Kondisi Masyarakat Banten sebelum Masuknya Islam, Jawaban Soal SMP Belajar dari Rumah TVRI
kemdikbud.go.id
Jelaskan Kondisi Masyarakat Banten Sebelum Masuknya Islam, Jawaban Soal SMP Belajar dari Rumah TVRI 

Sumber naskah kuno dari masa pra Islam menyebutkan tentang kehidupan masyarakat yang menganut Hindu.

Sultan Maulana Hasanuddin merupakan sosok paling berpengaruh berpengaruh dalam penyebaran Islam di Banten.

Beliau mendapatkan gelar Pangeran Sabakingking atau Seda Kikin.

Gelar tersebut di persembahkan dari kakeknya yaitu Prabu Surasowan pada masa itu Prabu Surasowan menjabat menjadi Bupati di Banten.

Prabu Surasowan wafat, pemerintahan Banten di wariskan kepada anaknya, yakni Arya Surajaya (Prabu Pucuk Umun), di mana pada masa itu Arya Surajaya menganut Agama Hindu.

Pada masa pemerintahan Prabu Pucuk Umun, hubungan antara Prabu Pucuk Umun dan Sultan Maulana Hasanuddin sangatlah buruk yang tidak di pahami oleh Masyarakat.

Prabu Pucuk Umun tetap bersih Kukuh untuk mempertahankan Ajaran Sunda Wiwitan (agama Hindu sebagai agama resmi di Pajajaran) di Banten, namun tidak sedemikian dengan Syaikh Maulan Hasanuddin, beliau terus melanjutkan Dakwahnya dengan Lancar.

BERITA TERKAIT

2. Apakah makna dari tumpak tiang masjid Banten yang berbentuk labu?

Mengutip tayangan YouTube Pesona Masjid Agung Banten di kanal Televisi Edukasi, labu dikaitkan dengan hasil pertanian.

Pada zaman Sultan, masyarakat Banten sangat makmur.

Tumpak tiang masjid Banten yang berbentuk labu merupakan lambang kemakmuran masyarakat Banten pada masanya.

3. Bagaimana bentuk akulturasi budaya yang terlihat dari bangunan Masjid Agung Banten?

Bangunan Masjid Agung Banten, khususnya menara di masjid tersebut merupakan wujud nyata akulturasi dari budaya seni ragam hias yang terdapat di Pulau Jawa yakni tumpak (segitiga memanjang) di kepala menara.

Sementara bangunan menara sendiri bukan bangunan yang lazim melengkapi masjid pada kala itu dan menara merupakan pengaruh dari kebudayaan Belanda.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas