Pendidikan Seni dan Budaya Harus selalu Inovatif Supaya Relevan
Sehubungan dengan pandemi Covid-19, rencana awal untuk melakukan program pertukaran ini secara fisik harus dipindahkan menjadi program online
Editor: Eko Sutriyanto
Dengan protokol kesehatan yang ketat, total ada 82 siswa dan 10 guru yang berpartisipasi dalam 5 lokakarya yang menggabungkan unsur budaya, sains, alam, dan seni media.
Kemudian Presentasi akhir berupa pameran kecil yang menampilkan hasil belajar siswa dan presentasi dari para seniman yang terlibat. Acara ini juga akan menjadi penutupan dari proyek Made in Cirebon tahun 2020.
Presentasi ini disiarkan melalui Zoom, YouTube, dan Instagram ARCOLABS dengan acara yang meliputi launching video dokumenter, presentasi siswa dan diskusi bersama seniman.
Seniman Fransisca Retno yang juga sebagai edukator mengatakan program pertukaran ini memberikan perspektif baru mengenai praktik artistik di luar Jakarta.
“Saya pribadi kagum dan terinspirasi dari dedikasi para seniman di Sinau, yang menggunakan keahlian mereka untuk mengkomunikasikan permasalahan sosial dan lingkungan di Cirebon. Menurut saya ini betul-betul memperlihatkan bagaimana pendekatan seni dan artistik bisa berdampak lebih luas dari seni itu sendiri dan berfungsi lebih besar bagi komunitas,” ungkapnya kagum.
Hal senada disampaikan oleh Koordinator Sinau Art, Nico Broer. Berkegiatan online sebetulnya adalah pengalaman baru baginya bersama teman-teman.
"Tetapi di sini kami belajar bagaimana mengeksplorasi pendekatan seni lebih jauh lagi ke dalam beragam metode yang menyenangkan dan dapat dilakukan oleh siswa sekolah. Mudah-mudahan ini juga membuat seni lebih bisa diakses oleh masyarakat,” jelasnya.
Baca: Kabur dari Empang dan Resahkan Warga Indramayu, Buaya Seberat 1 Kwintal Dievakuasi ke BKSDA Cirebon
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kota Cirebon, Lilik Agus Darmawan berharap sesi pelatihan di sekolah dapat menginspirasi guru untuk mengembangkan metode pengajaran dan pembelajaran yang inovatif.
“Tujuan pendidikan adalah menumbuhkan pola pikir kreatif, artinya kita tidak bisa terus-menerus menggunakan metode belajar yang sama. Lokakarya semacam ini adalah awal dari pengembangan selanjutnya untuk membuat modul pengajaran yang terintegrasi, menggabungkan seni, budaya, sejarah, sains berikut dengan isu-isu keseharian yang kita hadapi,” terang dia.
Wali Kota Cirebon, Nasrudin Azis, S. H, sepenuhnya mendukung proyek government-to government ini. Ia menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.
“Sepanjang sejarah Cirebon selalu menjadi tempat meleburnya beragam kebudayaan dan tradisi. Kita sudah terbiasa dengan kolaborasi, kita semua adalah bagian dari masyarakat sehingga kita harus bekerja sama sesuai kapasitas kita demi menciptakan masa depan yang lebih baik untuk semua," tutup dia.