Kerajaan Sriwijaya: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Peninggalan
Berikut ini sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya, masa kejayaan, hingga peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Simak sejarah, masa kejayaan, hingga peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha.
Kerajaan Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera dan memberi banyak pengaruh di Nusantara.
Menurut para ahli, letak kerajaan Sriwijaya berada di Palembang di tepi sungai Musi.
Baca juga: Kerajaan Kutai: Sejarah, Raja-Raja yang Pernah Memerintah, Puncak Kejayaan dan Peninggalan
Baca juga: Kerajaan Majapahit: Sejarah, Masa Kejayaan hingga Peninggalan
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya
Sejak permulaan tarikh Masehi, hubungan dagang antara, India dengan Kepulauan Indonesia sudah ramai.
Daerah pantai timur Sumatera menjadi jalur perdagangan yang ramai dikunjungi para pedagang.
Kemudian, muncul pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan.
Kerajaan-kerajaan kecil muncul di pantai Sumatera bagian timur sekitar abad ke7, antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya.
Dari ketiga kerajaan itu, yang berhasil berkembang dan mencapai kejayaannya adalah Sriwijaya.
Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke daerah sekitar Melayu.
Melayu dapat ditaklukkan dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.
Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat.
Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang.
Kemudian, ada yang berpendapat di Jambi, bahkan ada juga yang berpendapat di luar Indonesia.
Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi.
Ketika pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai menunjukkan kemunduran, Sriwijaya berpindah ke Jambi.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa.
Ia memerintah sekitar abad ke-9 M.
Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman keemasan.
Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dan Dewi Tara dari Sriwijaya.
Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda.
Balaputradewa adalah seorang raja yang besar di Sriwijaya.
Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa.
Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai oleh Balaputradewa, sebagai “dharma”.
Hal itu tercatat secara baik dalam Prasasti Nalanda, yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda, India.
Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan Candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini.
Hal tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa Sansekerta bagi generasi mudanya.
Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup luas.
Daerah-daerah kekuasaannya antara lain Sumatera dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian tengah, sebagian Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan hampir seluruh perairan Nusantara.
Bahkan Muhammad Yamin menyebutkan Sriwijaya sebagai negara nasional yang pertama.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti.
Prasasti-prasasti itu ditulis dengan huruf pallawa dengan bahasa Melayu Kuno.
Lima prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, di antaranya:
1. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang.
Prasasti ini berangka tahun 605 Saka (683 M).
Isinya antara lain menerangkan bahwa seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (siddhayatra) menggunakan perahu.
Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara 20.000 personel.
2. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo.
Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (684 M).
Isinya menyebutkan tentang pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra.
Taman ini dibuat oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
3. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di Palembang.
Prasasti ini tidak berangka tahun.
Isinya terutama tentang kutukan-kutukan yang menakutkan bagi mereka yang berbuat kejahatan.
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka, berangka tahun 608 Saka (656 M).
Isinya terutama permintaan kepada para dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.
5. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi, berangka tahun 608 saka (686 M).
Isinya sama dengan isi Prasasti Kota Kapur.
Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti Ligor berangka tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti Nalanda di India Timur.
Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Semester 1, Amurwani Dwi L., Restu Gunawan, Sardiman AM, Mestika Zed, Wahdini Purba, Wasino, dan Agus Mulyana (2014).
(Tribunnews.com/Yurika)