Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Struktur dan Fungsi Sistem Peredaran Darah Manusia dan Sistem Penggolongan Darah

Berikut struktur dan fungsi sistem peredaran darah manusia dan sistem penggolongan darah.

Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Daryono
zoom-in Mengenal Struktur dan Fungsi Sistem Peredaran Darah Manusia dan Sistem Penggolongan Darah
Tribunnews/Herudin
Berikut struktur dan fungsi sistem peredaran darah manusia dan sistem penggolongan darah. 

Berbeda dengan sel darah merah, sel darah putih memiliki bentuk yang tidak tetap atau bersifat ameboid dan mempunyai inti.

Jumlah sel darah putih tidak sebanyak jumlah sel darah merah, setiap 1 mm3 (1 mm kubik) darah mengandung sekitar 8.000 sel darah putih.

Fungsi utama dari sel darah putih adalah melawan kuman/bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

Apabila di dalam darah terjadi peningkatan jumlah leukosit, maka kemungkinan terjadi infeksi di bagian tubuh.

Jika jumlah leukosit sampai di bawah 6.000 sel per 1 mm3 darah disebut sebagai kondisi leukopenia.

Jika jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9.000 sel per 1 mm3) disebut leukositosis.

Berdasarkan ada tidaknya butir-butir kasar (granula) dalam sitoplasma leukosit, leukosit dapat dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit.

BERITA TERKAIT

Leukosit jenis granulosit terdiri atas eosinofil, basofil, dan netrofil.

Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit.

Karakteristik Jenis-jenis Sel Darah Putih
Karakteristik Jenis-jenis Sel Darah Putih (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

- Keping darah (Trombosit)

Bentuk trombosit beraneka ragam, yaitu bulat, oval, dan memanjang.

Trombosit tidak berinti dan bergranula.

Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel per 1 mm3 darah.

Umur dari keping darah cukup singkat, yaitu 5 sampai 9 hari.

Keping darah sangat berhubungan dengan proses mengeringnya luka, sehingga tidak heran jika ada yang menyebut keping darah dengan sel darah pembeku.

Sesaat setelah bagian tubuh terluka, trombosit akan pecah karena bersentuhan dengan permukaan kasar dari pembuluh darah yang luka.

Di dalam trombosit, terdapat enzim trombokinase atau tromboplastin.

Enzim tromboplastin akan mengubah protrombin (calon trombin) menjadi trombin karena pengaruh ion kalsium dan vitamin K dalam darah.

Trombin akan mengubah fibrinogen (protein darah) menjadi benang-benang fibrin.

Benang-benang fibrin ini akan menjaring selsel darah sehingga luka tertutup dan darah tidak menetes lagi.

Proses Pembekuan Darah
Proses Pembekuan Darah (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Sistem penggolongan darah

Darah dapat dikelompokkan berdasar sistem ABO, sistem Rhesus (Rh), dan sistem MN.

Sistem ABO dan Rh merupakan sistem penggolongan darah yang sering digunakan.

Berdasarkan sistem penggolongan darah ABO, darah dikelompokkan menjadi 4 golongan darah, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O.

Pembagian ini dilakukan karena adanya perbedaan aglutinogen (antigen) pada permukaan membran sel darah merah (eritrosit) dan antibodi (aglutinin) dalam plasma darah.

Antigen dan Antibodi pada Darah
Antigen dan Antibodi pada Darah (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Ada dua jenis antigen pada sel darah merah, yaitu antigen-A dan antigen-B.

Antibodi dalam plasma darah juga terdiri atas dua jenis, yaitu antibodi anti-A dan antibodi anti-B.

Jenis antigen dan antibodi inilah yang akan menentukan jenis golongan darah seseorang.

Karakteristik Golongan Darah
Karakteristik Golongan Darah (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Sistem penggolongan darah Rhesus dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu Rhesus positif (Rh+) dan Rhesus negatif (Rh−).

Golongan darah seseorang dapat dikelompokkan berdasar dua sistem penggolongan darah baik sistem golongan darah ABO dan Rhesus, misalnya seseorang yang memiliki golongan darah A ada yang Rhesusnya positif dan ada yang Rhesusnya negatif.

Seseorang harus mengetahui golongan darah karena golongan darah sangat penting pada proses transfusi darah.

Transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari donor (pemberi) ke resipien (penerima).

Jika seseorang mendapatkan transfusi darah dari donor yang golongan darahnya berbeda dengan golongan darah resipien, akan menimbulkan bahaya bagi resipien.

Darah resipien dapat mengalami pembekuan atau penggumpalan dan dapat menyebabkan kematian.

Oleh karena itu, dalam transfusi darah harus disesuaikan jenis golongan darah baik golongan berdasarkan ABO maupun Rhesusnya.

Misalnya, seseorang memiliki golongan darah A Rhesus positif, ketika seseorang akan menerima transfusi darah, pilihlah golongan darah yang juga golongan darah A Rhesus positif.

Namun, jika tidak terdapat golongan darah A Rhesus positif, seseorang dapat menerima dari golongan darah O Rhesus positif.

Golongan Darah Resipien dan Donor
Golongan Darah Resipien dan Donor (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Berdasarkan Tabel 6.3, seseorang dapat mengetahui bahwa golongan darah AB dapat menerima darah dari resipien golongan darah apapun.

Oleh karena itu, golongan darah AB disebut dengan resipien universal.

Sebaliknya, golongan darah O dapat menjadi donor bagi semua golongan darah atau golongan darah O itu sendiri.

Oleh karena itu, golongan darah O disebut sebagai donor universal.

Meskipun secara teorinya golongan darah AB dapat menerima dari semua golongan darah, tetapi pada praktiknya tim medis selalu mengusahakan golongan darah yang sama pada saat transfusi darah.

Misalnya, seseorang yang bergolongan darah AB, pada saat membutuhkan transfusi darah, akan ditransfusi oleh orang atau keluarga yang bergolongan darah AB juga.

(Tribunnews.com/Katarina Retri)

Artikel lainnya terkait Materi Sekolah

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas