Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial, Simak Penjelasannya
Ada masyarakat yang dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, tetapi ada pula masyarakat yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial.
Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain.
Dikutip dari Buku SMP/MTS IPS Kelas VIII (2017) Oleh Mukminan, setiap masyarakat memiliki kecenderungan mengalami mobilitas sosial yang berbeda-beda.
Ada masyarakat yang dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, tetapi ada pula masyarakat yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial.
Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial.
Baca juga: Mengenal Nilai, Dimensi dan Prinsip Otonomi Daerah di Indonesia, Berikut Penjelasannya
Baca juga: Mengenal Teori Permintaan dalam Ekonomi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen
Adapun faktor pendorong, yaitu:
a. Faktor Struktural
Semua presiden yang pernah memerintah Republik Indonesia, seperti Sukarno, Suharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo berhasil mencapai status sosial yang tinggi berkat sistem demokrasi yang berlaku dalam politik di Indonesia.
Melalui sistem demokrasi, setiap warga negara Indonesia dapat mencapai status sosial berupa jabatan politik yang tinggi.
Kedudukan yang tinggi bukan lagi didasarkan pada keturunan, tetapi pada kemampuan hingga kemudian dipercaya menjadi pemimpin.
Rakyat biasa sebagaimana ketujuh tokoh di atas menjadi presiden bukan karena mereka keturunan presiden, tetapi dipilih oleh rakyat.
Hal tersebut tentu berbeda dengan sistem pemerintahan kerajaan di mana pengganti raja adalah keturunan sang raja sendiri.
Struktur masyarakat Indonesia sangat terbuka.
Orang miskin dapat mengalami mobilitas sosial setinggi-tingginya, bahkan bisa menjadi presiden.
Anak dari keluarga kurang mamputetap dapat mengejar cita-cita setinggi-tingginya karena mobilitas sosial masyarakat Indonesia bukan berdasarkan keturunan melainkan prestasi.
Meski keturunan memiliki peran penting dalam perjuangan mobilitas sosial seperti anak orang kaya mudah untuk memperoleh modal usaha dibandingkan anak orang miskin.
Namun, saat ini banyak orang miskin yang menjadi kaya karena kegigihannya dalam berusaha.
Demikian halnya banyak kasus orang kaya tiba-tiba miskin karena terlena dengan kekayaannya, lantas menjadi santai menjalani hidup.
b. Faktor Individu
Setiap individu memiliki perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dua orang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relatif setara belum tentu menjadi berhasil dalam melaksanakan mobilitas sosial ke atas.
Hal ini disebabkan keberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut.
Sebagai contoh, dua orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama-sama melamar pekerjaan di suatu perusahaan.
Hanya satu orang yang diterima karena dianggap memiliki ambisi dan komitmen dalam hidup.
c. Faktor Sosial
Setiap perjuangan diawali dari ketidakpuasan.
Ketidakpuasan akan status sosial mendorong manusia untuk terus berjuang segigih-gigihnya.
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orangtuanya.
Saat ia dilahirkan, tidak ada satu manusia pun yang dapat memilih status.
Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orangtuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi.
d. Faktor Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial.
Keadaan ekonomi yang baik memudahkan individu dan kelompok melakukan mobilitas sosial.
Kita dapat memperhatikan berbagai fenomena masyarakat di sekitar.
Masyarakat yang kondisi ekonominya baik, cenderung lebih mudah melakukan mobilitas sosial.
Dengan kondisi ekonomi yang baik mereka mudah untuk memperoleh modal, pendidikan, dan kesempatan lainnya.
Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.
Pada masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, prioritas utama adalah pemenuhan kebutuhan primer.
e. Faktor Politik
Kondisi negara aman dan damai sehingga para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan dengan baik.
Semua rakyat berperan aktif dalam pembangunan, kondisi ini tentu berbeda dengan situasi Indonesia pada tahun 1945-1950.
Pada masa tersebut, situasi politik dalam negeri tidak menentu.
Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga memilih perang baru.
Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat pemerintah lebih sibuk mengurus keamanan negara daripada meningkatkan perekonomian.
Hal ini jelas memengaruhi mobilitas sosial warga negara.
f. Kemudahan dalam Akses Pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mudah juga bagi orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperolehnya.
Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu menjadikan orang tak menjalani pendidikan yang bagus, serta sulit untuk mengubah status karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.
Pada zaman penjajahan, pendidikan sulit didapat bangsa Indonesia.
Akibatnya, masyarakat terkungkung dalam kebodohan.
Penduduk Indonesia yang dapat membaca dan menulis pada akhir masa penjajahan Jepang tidak lebih dari 10 persen.
Pada masa penjajahan Belanda, jumlah buta huruf di Indonesia tentu jauh lebih besar.
Namun, saat ini siapapun memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan.
Apabila menginginkan pendidikan setinggi-tingginya, negara telah menyediakan berbagai kemudahan.
Untuk pendidikan SD dan SMP, negara telah membebaskan biaya dasar pendidikan.
Walaupun demikian, tentu bukan pendidikan gratis.
Sebab, apabila ingin mutu sekolah semakin baik, tentu diperlukan biaya yang tinggi juga.
Untuk pendidikan tingkat menengah, beberapa daerah juga telah membebaskan biaya pendidikan.
Apabila masih terjadi kesulitan, pemerintah dan swasta memberikan banyak beasiswa.
Beberapa Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
a. Kemiskinan
Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial.
Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit.
Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah.
Masyarakat yang berpendidikan rendah berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia.
Akibatnya, tingkat kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan terbatas.
Saat ini, negara Indonesia masih memiliki penduduk miskin kurang lebih 12 persen.
Hal ini menjadi hambatan dalam mobilitas sosial.
Oleh karena itu, pemerintah berusaha mengurangi kemiskinan tersebut dengan berbagai cara.
Hilangnya kemiskinan, dengan sendirinya masyarakat akan mudah mengakses berbagai fasilitas dasar dan memudahkan mobilitas.
Dikutip dari bobo.grid.id, di jaman globalisasi saat ini juga banyak pekerjaan yang membutuhkan kemampuan dan jenjang pendidikan tinggi.
Sehingga, kemiskinan yang berdampak pada rendahnya pendidikan menjadi penghambat kemudahan mobilitas sosial.
b. Diskriminasi
Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan karena alasan perbedaan bang, suku, ras, agama, golongan.
Pada masa penjajahan, terjadi diskriminasi pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat keturunan Eropa dan masyarakat Indonesia.
Dalam memperoleh pendidikan, masyarakat Indonesia disediakan sekolah yang kualitasnya berbeda dengan sekolah-sekolah untuk orang-orang Eropa.
Hal ini tentu mempersulit mobilitas sosial rakyat Indonesia.
(Tribunnews.com/Devi Rahma)(Bobo.id/Grace Eirin)
Artikel Lain Terkait Materi Sekolah