Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949, Agresi Militer Belanda Serang Ibukota RI di Yogyakarta
Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949, Agresi Militer Belanda menyerang Ibukota RI di Yogyakarta melalui udara di lapangan Maguwo (Lanud Adisucipto).
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah satu rangkaian hari bersejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan negara Republik Indonesia.
Serangan Umum 1 Maret 1949 dilakukan secara serentak oleh TNI bersama satuan pemuda dan rakyat terhadap tentara kolonial Belanda dan sekutu.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII menyatakan, Kasultanan Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman merupakan bagian dari Indonesia, melalui Amanat 5 September 1945.
Namun, Belanda terus berupaya untuk kembali menguasai Indonesia dengan terus melakukan serangan.
Dikutip dari laman Pemerintah Provinsi DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X kemudian menawarkan pada Presiden Soekarno untuk memindahkan Ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta.
Baca juga: 1 Maret Ditetapkan Jokowi sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara
Pemindahan Ibukota RI ke Daerah Istimewa Yogyakarta
Masih dikutip dari laman Pemerintah Provinsi DIY, perpindahan Ibukota akhirnya dilakukan pada 4 Januari 1946.
Pemindahan ini dilakukan sebagai langkah antisipasi atas aksi teror dan percobaan pembunuhan pejabat negara oleh Sekutu.
Gejolak yang terjadi di Indonesia kemudian mereda dengan ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati pada 15 November 1946, di mana Belanda mengakui wilayah kekuasaan Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
Namun, Belanda mengingkari perjanjian ini dan meluncurkan Agresi Militer I.
Perlawanan terus dilakukan Indonesia hingga Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengirim surat kepada Panglima Sudirman.
Isi surat itu adalah menyarankan agar Panglima Sudirman mengadakan serangan guna merebut kembali Yogyakarta dari tangan Belanda.
Panglima Sudirman menyetujui saran ini dan meminta Sri Sultan untuk berkoordinasi dengan Letnan Kolonel Soeharto.
Sri Sultan dan Letkol Soeharto kemudian sepakat untuk melakukan Serangan Umum 1 Maret 1949 pada pukul 06.00 pagi.
Baca juga: Perkuat Layanan Masyarakat, APJII: Big Data Terkait dengan Kedaulatan Bangsa