Kisah Nabi Harun AS: Jadi Juru Bicara Nabi Musa AS dan Teman dalam Perjalanan Dakwah
Simak inilah awal mula kisah perjalanan dakwah Nabi Harun AS dan Nabi Musa AS.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Setelah Nabi Harun AS dan Nabi Musa AS datang dan semua berkumpul, Fir'aun memberi aba-aba agar pertandingan segera dimulai.
Nabi Musa AS mempersilahkan Fir'aun unjuk kebolehan terlebih dahulu.
Kemudian para pengawal Fir'aun melemparkan tali-tali dan tongkat yang mereka lemparkan itu berubah menjadi ular, jumlahnya ribuan ekor kecil-kecil.
Fir'aun tertawa bangga menyaksikan kebolehan para ahli sihirnya.
Rakyat banyak terkagum-kagum.
Ini memang menjadi tujuan Fir'aun, jika para ahli sihir itu dapat mengalahkan Nabi Musa AS, maka hancurlah kepercayaan rakyat atas kebenaran dakwah Nabi Harun AS dan Nabi Musa AS.
Namun dengan rasa tenang Nabi Musa AS melemparkan tongkatnya, tongkat tersebut segera berubah menjadi ular yang sangat besar dan langsung dengan lahap memakan ular-ular para ahli sihir Fir'aun.
Para ahli sihir terbelalak heran, apa yang ditampilkan Nabi Musa AS bukanlah sihir yang seperti mereka pelajari dari setan.
Sadar akan hal itu, para ahli sihir berlutut dan menyatakan diri menjadi pengikut ajaran Nabi Musa AS.
Mereka bertobat dan hanya akan menyembah Allah SWT.
Fir'aun pun sangat murka karena hal tersebut.
Nabi Harun AS dan Nabi Musa AS berhasil mengalahkan Fir'aun dan para pengikut Nabi Musa AS makin lama semakin banyak jumlahnya.
Hal itu karena ajaran Nabi Musa AS sangat jelas mengangkat harkat kemanusiaan, membimbing manusia agar berbudi pekerti mulia, dan mereka dihormati sebagai makhluk Tuhan sama seperti lainnya.
Nabi Harun menjadi Pemimpin sementara Bani Israil dan Wafatnya
Dalam suatu kesempatan, Nabi Musa pernah menitipkan kaum Bani Israel kepada Nabi Harun.
Saat itu Nabi Musa hendak menuju ke Bukit Thursina dan Nabi Harun AS tidak ikut dan dititipkanlah Bani Israel kepada Harun.
Dia bertugas memimpin Bani Israil selama ditinggal oleh Nabi Musa AS.
Namun saat ditinggal Nabi Musa itu, seorang yang bernama Samiri dari Bani Israil berulah dengan mengajak kaum yang lain untuk menyembah patung anak sapi.
Nabi Harun AS seorang diri menghadapi Samiri, akhirnya banyak yang mau menerima ajakan Samiri untuk menyembah patung anak sapi.
Ketika Nabi Musa AS turun dari bukit Thursina ia terkejut, kaumnya telah tersesat.
Mereka berpesta pora dan menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas.
Nabi Musa AS menegur saudaranya yakni Nabi Harun AS yang telah dititipi agar menjaga ummatnya.
Nabi Harun AS berkata bahwa ia sudah memperingatkan mereka namun hanya menganggapnya sebelah mata, karena Nabi Harun AS dianggap orang yang lemah.
Setelah diselidiki ternyata Samirilah orang yang mengajak orang-orang itu membuat patung anak sapi dan menyembahnya.
Nabi Musa AS marah sekali, kemudian Samiri diusir, tidak boleh bergaul dengan masyarakat.
Sebab Samiri terkena kutukan, jika ia disentuh atau menyentuh manusia maka badannya akan menjadi demam-panas itulah siksa di dunia, adapun nanti akhirat ia akan dimasukkan ke dalam neraka.
Kisah Nabi Harun AS yang mendampingi Nabi Musa AS dalam berdakwah tidak berhenti begitu saja.
Meski terjadi pemberontakan, keduanya tetap menyeru kepada agama Allah SWT.
Nabi Harun AS dan Nabi Musa AS yang saat itu akan masuk ke kawasan Kan'an mendapatkan penolakan.
Mereka akhirnya menuju suatu daerah hingga sampai di Gunung Hor, di kawasan perbatasan Edom.
Sesuai perintah Allah, Nabi Harun AS dan Nabi Musa AS mendaki gunung tersebut bersama Eleazar (Putra Nabi Harun AS).
Di puncak Gunung Hor itulah Nabi Harun AS wafat.
Kabar meninggalnya Nabi Harun AS terdengar oleh seluruh bangsa Israil.
Mereka menangis dan merasa kehilangan panutan saat Nabi Harun AS wafat.
(Tribunnews.com/Latifah)