Siswa SMK Al Huda Kediri Sukses Rancang Teknologi Kacamata IoT untuk Tuna Netra
Siswa SMK Al Huda Kota Kediri, Jawa Timur, sukses merancang kacamata berteknologi tinggi untuk menunjang aktivitas para penyandang tuna netra.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah siswa SMK Al Huda, Kota Kediri, Jawa Timur, sukses merancang kacamata berteknologi tinggi untuk menunjang aktivitas para penyandang tuna netra.
Kacamata ini dilengkapi sensor ultrasonic, GPS, kamera dan speaker yang bisa memberikan perintah berbelok kepada tuna netra berdasarkan data dari sensor.
"Desain project IoT ini kami ciptakan untuk membantu tuna netra untuk lebih mudah beraktivitas," kata Daffa Eka Sujianto dari perwakilan SMK Al Huda, Kota Kediri, dalam keterangannya, Selasa (20/9/2022).
Pembuatan desain kacamata ini adalah bagian dari program Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 3 – 2021/2022 yang memasuki stage IoT Product Development Bootcamp untuk mendorong kapasitas siswa menjadi IoT Developer yang terampil.
Daffa menjelaskan, banyak tantangan yang dihadapi saat mengerjakan project itu terjadi pada tahap merakit hardware karena ada beberapa hardware yang tidak mendukung atau malah tidak tersedia.
"Selain itu, ada beberapa sensor yang tidak bisa menangkap sinyal, contohnya sensor GPS, sehingga harus membeli perangkat baru," katanya.
Sementara itu, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Malang menghadirkan produk IoT yakni smart aquarium yang disebut AquaThings.
AquaThings dirancang untuk mempermudah mengontrol akuarium ikan hias melalui smartphone.
Baca juga: Cara Mudah Membuat Kaca Mata Gerhana Matahari Sendiri dengan Alat dan Bahan Sederhana
"Solusi ini bertumpu pada tiga fitur utama, yaitu IoT pengatur kadar PH air, IoT feeder fish, dan IoT pencahayaan akuarium," kata Ardika Purna Siswa SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Malang mewakili teman-temannya.
Ardika mengatakan, banyak tantangan yang harus mereka hadapi pada fase ini yakni menggunakan bahasa pemrograman yang sama sekali baru dari yang pernah dipelajari.
Lalu saat merakit dan merangkai komponen perangkat IoT yang terdiri dari sensor-sensor, dan masalah hardware engineering.
Baca juga: Alibaba Terjun ke Metaverse, Suntik Dana 60 Juta Dolar ke Produsen Kacamata AR
“Karena produk kami kan berhubungan dengan air, kami sudah sering mengalami konsleting saat perakitan karena sensor-sensornya ada di dalam air sehingga menyebabkan kerugian,” kata Ardika yang bercita-cita menjadi hardware engineer ini.
Meski begitu, Ardika mengakui pelatihan ini banyak manfaatnya terutama dalam hal problem solving, sehingga jika ada masalah, bisa diselesaikan dengan tepat.
Daffa berharap SIC di masa depan bisa menambahkan waktu untuk mentoring sebab menurutnya pertemuan dengan mentor itu sangat penting dalam menyelesaikan masalah yang terjadi ketika hendak mewujudkan ide.
Baca juga: Qualcomm dan Microsoft Garap Chip Khusus untuk Kacamata AR
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.