Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Diana Laila Ramatillah, Raih Gelar Profesor di Usia 36 Tahun

Prof Diana mengawali karier sebagai dosen sejak 7 Februari 2013 dan pada 7 Februari 2023 genap 10 tahun menjadi dosen

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Kisah Diana Laila Ramatillah, Raih Gelar Profesor di Usia 36 Tahun
istimewa
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta kini memiliki satu profesor baru untuk Fakultas Farmasi. Dia adalah Apt. Diana Laila Ramatillah, S.Farm, M.Farm, Ph.D. Dia dikukuhkan sebagai profesor di usia yang sangat muda, 36 tahun. 

”Pastinya teman-teman di sini yang mendukung saya baik pimpinan, dosen dan juga mahasiswa sekalian yang memang sama-sama kita membantu untuk meningkatkan mutu dan kualitas,” ungkapnya.

“Tentunya yang mendukung profesor ini pertama adalah jumlah publikasi dimana hampir 40 publikasi saya baik di jurnal nasional, internasional, baik bereputasi maupun tidak dan 4 buku saya terbitkan, juga ada sertifikat saya sebagai reviewer dan grant-grant hibah saya dari Ristekdikti dan juga rekognisi yang lainnya sejak saya mengajar 2013 dan juga penelitian yang dilakukan. Karena memang syarat untuk menjadi profesor itu harus 10 tahun mengabdi menjadi dosen, dan tidak boleh kurang dari 10 tahun,” urainya.

“Intinya adalah fokus dan konsisten. Tahun kemarin hambatannya karena belum 10 tahun jadi Dosen dan pada 7 Februari 2023 genap 10 tahun," ungkapnya.

"Kemarin banyak banget yang disunat, maka penelitian saya tambah lagi. Intinya jangan putus asa. Faktor kecil lainnya adalah seperti administrasi, website tidak bisa dibuka dan sebagainya. Saya direject sampai 4 kali. Saya ajukan September 2022 baru diterima saat ini,” kata dia.

Ditanya apa kontribusinya terhadap UTA ’45 Jakarta hingga meraih gelar guru besar, Prof Diana Ramatillah mengatakan sudah memikirkan bagaimana memajukan kampus ini.

Baca juga: 80 Persen Lebih Alumni Kampus Vokasi Kementerian Perindustrian Terserap di Industri

“Saya pernah menjabat sebagai Kaprodi, Dekan, Wakil Rektor 1. Saya orang yang pantang menyerah. Ketika saya memulai sesuatu saya pasti akan menyelesaikannya at any cost. Jadi kontribusi pertama saya mendirikan kolaborasi internasional, kerja sama internasional. Dan itu sudah terjalin sejak 2013," ungkapnya.

"Saya menyelenggarakan seminar internasional pertama dan itu pesertanya ada 500 orang. Kita sudah berkolaborasi dengan Monash University Malaysia dan USM tahun itu. Bahkan sudah mengirimkan Summer School Student sejak 2014,"  bebernya.

Berita Rekomendasi

Lalu telah terbentuk Unit Kerja Sama yang sebelumnya belum, hibah-hibah yang sudah diraih, peningkatan IKU dan sebagainya. Lalu berdirinya S2 Farmasi dan pastinya untuk perolehan akreditasi-akreditasi yang baik sekali lainnya.

"Untuk ke depannya yang kita harapkan dengan adanya profesor ini adalah akreditasi dari prodi-prodi di sini ataupun institusi bisa menjadi unggul. Dan bisa menjadi akreditasi internasional. Kalau sudah unggul dan internasional artinya kita sudah semakin bagus,”paparnya.

Selain Prof Diana Ramatillah, pada kesempatan yang sama juga diserahterimakan SK Guru Besar untuk 7 Guru Besar lainnya dari beberapa PTS di Jakarta.

Plt. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Dr. Lukman, S.T, M.Hum dalam sambutan mengatakan bahwa penyerahan SK ini tentunya merupakan sebuah perjalanan panjang dari Bpk-Ibu.

“Ada yang mencapai secara singkat, ada yang panjang sekali dan berdarah-darah. Ini terkait publikasi ilmiah, penelitian dan lain-lainnya. Sehingga kami sangat berharap dengan panjangnya proses dan lain-lainnya, bisa menjadi kebanggaan penerima dan juga kebanggaan LLDikti wilayah III ini. Saya dengan sangat bangga menyapa dulu satu persatu Guru Besar yang ada di wilayah LLDikti III,” ucap Lukman mengawali sambutan.

Lukman juga mengatakan saat ini terdapat 353.892 Dosen dimana ada 6.793 Guru Besar. Dari total Guru Besar tersebut 340 Guru Besar berasal dari LLDikti Wilayah III. “Jadi setidaknya ada 5 persen Guru Besar berasal dari LLDikti Wilayah III,” ujarnya.

Menurut Lukman, perguruan tinggi menjadi sebuah kampus unggul merupakan standar nasional paling tinggi dan pondasinya adalah SDM dimana salah satunya adalah Guru Besar. Satu Prodi minimal satu Guru Besar. Satu keilmuan, bukan dari satu Perguruan Tinggi. Maka, bangun kelompok keilmuan,” ungkapnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas