Apa Hubungan antara Kompetensi Sosial dan Emosional, Modul 2.2
Apa hubungan antara kompetensi sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis Anda dan pembelajaran murid Anda?
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Dari kedua refleksi di atas, apa yang dapat Bapak/Ibu simpulkan tentang hubungan antara kompetensi sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis Anda dan pembelajaran murid Anda?
Guru Penggerak dapat menemukan pertanyaan seperti di atas pada modul 2.2.
Berikut adalah contoh jawabannya:
Kompetensi sosial dan emosional sangat penting dalam pengelolaan krisis, baik bagi saya sebagai pendidik maupun bagi murid.
Karena dengan kemampuan pengelolaan yang efektif, murid dapat lebih mampu mengendalikan diri mereka, menghadapi tekanan, serta menerima dan merespons kegiatan pembelajaran dengan lebih baik.
Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas interaksi dan hubungan di kelas, tetapi juga mendukung terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, di mana setiap murid merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar.
Pertanyaan Lain Seputar Modul 2.2
1. Selama menjadi pendidik, Anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu Anda bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Apa kejadiannya, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda memilih merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya?
Pada suatu kejadian beberapa tahun yang lalu, saya mengalami situasi di mana masalah pribadi mempengaruhi kemampuan saya dalam mengajar dengan maksimal di kelas. Saat itu, emosi saya tidak terkendali, dan saya menjadi sangat sensitif, sehingga hal-hal kecil yang biasanya bisa saya abaikan, justru memicu kemarahan saya. Saya masih ingat dengan jelas, saat itu saya marah di hadapan murid-murid saya karena ada seorang murid yang tidak mengerjakan tugas.
Tanpa mencari tahu lebih lanjut, saya langsung bereaksi dengan emosi yang tidak seharusnya. Belakangan, saya mengetahui bahwa murid tersebut sebenarnya memiliki alasan yang dapat ditoleransi, tetapi karena keadaan emosional saya, saya tidak memberikan ruang bagi murid tersebut untuk menjelaskan.
Kejadian ini melibatkan saya dan murid-murid saya di kelas, dan merupakan salah satu momen yang membuat saya merenung dan merefleksikan peran saya sebagai pendidik. Saya menyadari bahwa pada saat itu, saya tidak mampu mengendalikan emosi saya dengan baik, yang berdampak negatif tidak hanya pada saya sendiri, tetapi juga pada murid-murid saya.
Baca juga: Menurut Anda, Tindakan Pak Seno terhadap Iva Adalah Sebuah Hukuman atau Konsekuensi? Modul 1.4
Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi saya untuk lebih bijaksana dalam mengelola emosi dan selalu bersikap adil serta memahami kondisi murid-murid saya, sebelum bereaksi terhadap situasi tertentu.
2. Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana Anda dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis tersebut?
Menghadapi keadaan tersebut, saya berusaha untuk menenangkan diri dan merenungkan kembali tindakan saya. Saya menyadari bahwa sebagai pendidik, saya telah bereaksi secara berlebihan terhadap situasi yang seharusnya bisa saya tanggapi dengan lebih tenang dan rasional.
Kesadaran ini mendorong saya untuk mulai belajar mengendalikan emosi saya dengan lebih baik di kelas, serta menyelesaikan masalah pribadi yang mempengaruhi kinerja saya sebagai pendidik. Saya kemudian bertekad untuk kembali menjalankan peran saya sebagai pendidik dengan lebih bijaksana, berusaha untuk bertindak dengan tepat dalam setiap situasi pembelajaran, serta menciptakan lingkungan kelas yang mendukung pertumbuhan dan pembelajaran murid-murid saya.