Cakap Digital Diharapkan Mampu Tingkatkan Kualitas Belajar Peserta Didik
Kurangnya buku bacaan di sekolah mestinya bisa ditutup dengan buku digital, hal itu butuh kemampuan kecakapan digital.
Penulis: Erik S
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, BUNGO – Visi pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju, berdaulat, mandiri, dan berkepribadian sesuai profil pelajar Pancasila.
Meski begitu, Indonesia mengalami krisis pembelajaran, kualitas hasil belajar masih menjadi tantangan.
”Kecakapan digital diharapkan mampu meningkatkan kualitas hasil belajar para peserta didik,” tutur Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bungo Viki Azhar, dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, di Kabupaten Bungo, Jambi, Senin (30/9).
Dalam diskusi online bertajuk ”Bikin Tugas Lebih Mudah Bila Cakap Digital”, Viki mengatakan, capaian kompetensi literasi dan numerasi per jenjang pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan.
Baca juga: Bersama KPK, Menteri PANRB: Ingin Digitalisasi Jadikan Birokrasi Lebih Transparan dan Akuntabel
Satu dari dua peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi.
”Sedangkan, dua dari tiga peserta didik belum mencapai kompetensi minimum numerasi. Literasi digital terkait kecakapan digital diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar,” jelas Viki Azhar dalam diskusi virtual yang dipandu moderator Yoga itu.
Kecakapan digital, menurut Viki, diyakini mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat.
”Penyebab rendahnya kompetensi literasi: rendahnya minat baca, kurangnya perhatian orang tua, kurang buku bacaan, dan dukungan lingkungan sekolah. Mereka cenderung belajar untuk membaca, namun tidak membaca untuk belajar,” tegas Viki Azhar.
Viki menambahkan, kurangnya buku bacaan di sekolah mestinya bisa ditutup dengan buku digital. Hal itu butuh kemampuan kecakapan digital.
”Mengingat biaya pendidikan yang tinggi dan buku mahal, sementara biaya kemampuan dana bantuan operasional sekolah untuk pengadaan buku hanya 20 persen, sehingga satu buku untuk lima siswa,” imbuhnya di hadapan siswa yang mengikuti acara diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Sejumlah sekolah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Bungo kali ini, antara lain: SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4, SMPN 8 Muara Bungo, SMPN 1 Jujuhan, SMPN 1 dan SMPN 3 Pelepat Ilir, SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 7, SMAN 8, dan SMAN 12 Muara Bungo.
Dari sudut pandang berbeda, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Eko Pamuji menegaskan, bikin tugas menjadi lebih mudah bila mengetahui keterampilan yang diperlukan untuk memanfaatkan kecerdasan artifisial.
”Siswa harus dipahamkan bahwa kecerdasan artifisial adalah alat untuk belajar. Kecerdasan buatan berfungsi untuk menganalisis informasi dan kreatif memecahkan permasalahan. Segala tugas dapat dipecahkan dengan memanfaatkan kecerdasan buatan,” jelas Eko Pamuji.
Sementara, menurut dosen Universitas Dr. Soetomo Surabaya Meithiana Indrasari, selain kecakapan digital, bikin tugas dengan menggunakan teknologi digital membutuhkan kompetensi keamanan menggunakan perangkat digital.
”Kompetensi keamanan digital meliputi, mengamankan perangkat, identitas diri, waspada penipuan digital, paham rekam jejak digital, dan keamanan digital bagi anak,” jelas Meithiana Indrasari.