Kans Jokowi Gandeng Maruf Amin di Pilpres 2019
pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai sosok cawapres menjadi faktor kunci penentu kemenangan pada kontestasi pilpres 2019 nanti
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
"Bukan hanya dukungan elektoral namun juga berdampak pada posisi sentimen dan citra politik yang selama ini terkesan negatif terhadap Jokowi, terutama bersentuhan dengan isu sintimen umat Islam dan ulama," kata Pangi menambahkan.
Kelima; Ma'ruf Amin digandeng Jokowi bagian strategi mengunci PKB agar tidak banting stir meninggalkan koalisi Jokowi.
"Ketika Mahfud MD yang dipilih Jokowi, kita hakul yakin PKB bakal hengkang dan berpotensi menghidupkan poros ketiga, hal tersebut tentu ditakuti Jokowi," kata Pangi.
Baca: Perampok Bersenjata Api Nekat Beraksi di Siang Hari, Satroni Rumah di Matraman
Pangi menilai Ma'ruf Amin adalah pilihan parpol koalisi, sementara Mafud MD adalah pilihan Jokowi.
Parpol koalisi tak setuju dengan Mahfud karena punya potensi menjadi matahari terang di pilpres 2024. Namun tetap rumusnya parpol punya bergaining position tinggi menentukan cawapres ketimbang Jokowi.
Untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf ada beberapa kelemahan. Pertama; resistensi cukup tinggi baik dari pendukung Mahfud MD maupun Ahok.
Namun, Pangi menilai ada kelemahan juga dari pemilihan Maruf Amin sebagai bakal calon wakil presiden.
Pangi menilai, dicoretnya nama Mahfud tentu menyisakan “luka dalam” di kalangan pendukung yang berujung pada kekecewaan dan menurunnya loyalitas dalam memperjuangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin
Hal yang sama juga terjadi pada elemen pendukung Ahok. Pangi mengatakan nama Ma’ruf Amin tentu bukan nama baru dalam pergulatan politik Ahok di DKI Jakarta yang berujung pada “jeruji besi” dalam pusaran kasus Al-Maidah, fatwa fenomenal MUI yang mem-vonis Ahok sebagai penista Agama.
"Kekecewaan ini harus dikelola dengan baik untuk memantapkan kembali sehingga tetap memilih Jokowi (strong voter) dan tidak mengalihkan dukungan pada kandidat lain serta tidak golput," kata Pangi.
Kedua; memainkan politik identitas. Pangi mengatakan isu politik identidas sebelumnya selalu dialamatkan kepada koalisi PKS dan Gerindra.
"Namun, keputusan Jokowi memilih Ma’ruf Amin untuk membendung (counter) gelombang politik identitas ini justru Jokowi sedikit terjebak pada posisi yang kurang menguntungkan," tuturnya.
Poros Jokowi, ucap Pangi, akan mendapat tuduhan baru, menjadikan politik identitas sebagai tameng dan memanfaatkan ghirah populisme Islam dalam tanda petik hanya sebagai upaya mendulang suara pemilih kanan sehingga Jokowi berpotensi kembali dilirik suara umat.
Argumen dan narasi yang sebelumnya dibagun terkait Agama, Ulama yang harus dijauhkan dari politik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.