Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Elite Politik Diminta Tidak Melakukan Provokasi yang Berpotensi Membelah Massa 'Akar Rumput'

Ia menilai situasi itu juga tak membangun pendidikan politik di kalangan masyarakat akar rumput.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Elite Politik Diminta Tidak Melakukan Provokasi yang Berpotensi Membelah Massa 'Akar Rumput'
SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Sejumlah massa saat melakukan aksi #2019 Ganti Presiden di kawasan Jl Indrapura, Minggu (26/8). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini memandang, konflik yang terjadi di sejumlah daerah antara masyarakat yang menolak dan yang mendukung gerakan #2019GantiPresiden disebabkan oleh lemahnya kemampuan elite politik dalam membangun narasi yang positif.

"Elite politik kita kan juga mewarnai narasi ruang publik dengan provokasi-provokasi yang pada akhirnya ikut membelah massa di akar ruput," kata Titi kepada Kompas.com, Senin (27/8/2018).

Ia menilai situasi itu juga tak membangun pendidikan politik di kalangan masyarakat akar rumput.

Sehingga, mereka juga kesulitan membangun kedewasaan dalam berpolitik dengan pandangan atau pilihan yang berbeda.

Baca: Aburizal Bakrie Beri Imbauan Aktivis Gerakan 2019 Ganti Presiden untuk Tetap Bergerak pada Koridor

Titi juga menyoroti sikap elite politik yang tak bicara adu gagasan dan program yang diusung pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Hal ini turut berdampak pada lemahnya kemampuan publik mempelajari visi, misi, rekam jejak, hingga program pasangan calon.

"Karena bicara melulu soal orang, ya akhirnya terpolarisasi dengan bumbu-bumbu kebencian yang menguat," katanya.

Berita Rekomendasi

Di sisi lain, Titi juga melihat polarisasi seperti ini akibat keterbatasan pilihan pada Pilpres 2019.

Padahal di sisi lain, masyarakat dinilainya memiliki aspirasi politik yang beragam.

"Konflik bisa terjadi karena polarisasi yang sangat membelah di antara para paslon. Ini akibat pilihan yang terbatas di tengah Pilpres kita padahal ada banyak kelompok yang punya aspirasi politik. Akhirnya mengerucut pada dua pilihan besar berbeda," paparnya.

Ia menilai jika tak ada ambang batas pencalonan presiden, ekspresi politik masyarakat cenderung lebih berwarna dan beragam.

Sehingga narasi yang dibangun tak sebatas pada persoalan pergantian presiden atau kepemimpinan presiden dua periode.

"Bisa lebih mengarah pada politik gagasan, ide, dan program," katanya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Elite Diminta Bangun Kedewasaan Berpolitik, Bukan Sebarkan Narasi Provokatif"
Penulis : Dylan Aprialdo Rachman

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas