Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rahayu Saraswati: Gerakan Emas, Inisiatif Emak-Emak Atasi Gizi Buruk

"Gerakan masyarakat ini berangkat dari keprihatinan dan kepedulian masyarakat yang terinspirasi dari kepedulian Prabowo Subianto," katanya

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Rahayu Saraswati: Gerakan Emas, Inisiatif Emak-Emak Atasi Gizi Buruk
Istimewa
Anggota komisi VIII DPR RI dari Fraksi Gerindra, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mendeklarasikan Gerakan Emak-emak dan Anak-anak Minum Susu atau Gerakan Emas di stadion Klender, Jakarta Timur, Rabu kemarin, (24/10/2018).

Anggota komisi VIII DPR RI dari Fraksi Gerindra, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo mengatakan, gerakan tersebut muncul sebagai bentuk keprihatinan Prabowo terhadap nasib dan masa depan generasi muda yang bermasalah dengan kecukupan gizi ketika bertumbuh.

Baca: Hashim Sempat Heran Prabowo Peduli pada Masalah Stunting

"Gerakan masyarakat ini berangkat dari keprihatinan dan kepedulian masyarakat yang terinspirasi dari kepedulian Prabowo Subianto yang telah memperjuangkan perbaikan gizi buruk bagi anak-anak selama 15 tahun lebih," ujar Sara dalam siaran persnya, Kamis, (25/10/2018)

Sara mengatakan, banyak pihak antusias menyambut gerakan tersebut.

Baca: Prabowo Lama Hidup di Luar Negeri, Sudjiwo Tedjo: Dia Cinta Banget Sama Negerinya Atau Benci Sekali?

Saat berdiskusi soal rencana Gerakan Emas, banyak yang mendukung dan bersedia menjadi pengurus, salah satunya Istri Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno, Nur Asia yang kemudian di dapuk sebagai ketua umum Gerakan Emas.

"Dalam diskusi itu ada kesepahaman antara ibu Nur Asia dan kelompok masyarakat untuk bersama-sama mengampanyekan kewaspadaan kepada ibu hamil dan balita terhadap ancaman gizi buruk," ujar Sara.

Berita Rekomendasi

Sara mengatakan, berdasarkan data World Bank hampir 9 juta atau 37 persen anak balita yang tercatat di Indonesia terhambat pertumbuhan fisik dan kemampuan berpikirnya.

Jumlah tersebut menempatkan Indonesia dalam peringkat negara ke-lima di dunia dengan prevalensi jumlah terbanyak anak-anak penderita stunting.

Kondisi stunting berdampak pada kegagalan pertumbuhan, keterlambatan kognitif anak, serta produktivitas yang rendah sehingga lebih sulit untuk berkompetisi.

Penderita juga mengalami daya tahan tumbuh rendah sehingga berdampak pada resiko gangguan metabolik.

"Dampak gizi buruk ini sangat luas, bukan hanya masa depan anak, tapi masa depan bangsa. Karena itu perlu perubahan yang radikal dalam upaya pencegahan gizi buruk ini," ujar Sara yang kembali maju sebagai Caleg dari Dapil Jakarta tersebut.

Sara berharap gerakan ini menjadi titik awal gerakan sosial di Indonesia dalam rangka menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya bagi ibu hamil dan balita mengonsumsi gizi yang baik seperti susu, tempe, ikan dan kacang hijau.

Selain itu, ketersediaan air bersih berkualitas yang terbatas dan kurang baiknya sanitasi menjadi sebagian faktor terjadinya stunting.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas