Alasan Cucu Pendiri NU Jadi Jubir Prabowo-Sandi
Gus Irfan merupakan cucu pendiri Nahdatlul Ulama ( NU) KH Hasyim Asy'ari dan merupakan pengasuh pondok pesantren Al Faroos di Tebuireng, Jombang
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - KH Irfan Yusuf bergabung menjadi juru bicara Prabowo-Sandi.
Gus Irfan sapaan karibnya, merupakan cucu pendiri Nahdatlul Ulama ( NU) KH Hasyim Asy'ari dan merupakan pengasuh pondok pesantren Al Faroos di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Irfan menceritakan alasan dirinya bersedia menjadi juru bicara Prabowo-Sandi. Ia mengatakan masuk ke dalam tim pemenangan karena merasa terpanggil. Apalagi kondisi bangsa Indonesia dalam empat tahun terkahir tidak menentu.
"Saya sebetulnya nyaman di pesantren. Situasi 4 tatun ini, masa saya harus egois mengutamakan kenikmatan saya di sana (pesantren)," ujar Gus Irfan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, (1/11/2018),
Kondisi empat terkakhir yang dimaksud Gus Irfan adalah Indonesia sekarang sudah tidak seperti dulu lagi. Menurutnya banyak orang saling membenci dan mencaci secara terang-terangan. Hal tersebut menurutnya bisa diminimalisir bila pemerintah sekarang ada kemauan.
Baca: Dahnil Anzar: Jubir Baru Prabowo - Sandiaga Berasal dari Keluarga Pendiri NU
"Tidak seperti di Indonesia, karena saling ejek dan bertengangan,seharusnya dicontoh pemimpin. Saya khawatir (pemerintah) tahu atau tidak, atau didiamkan atau engga (kondisinya), saya engga tahu," katanya.
Selain itu menurutnya, situasi ekonomi sekarang tidak berpihak pada petani kecil. Di kampungnya menurut Gus Irfan banyak petani tebu mengeluh, karena harga gula anjlok.
"Situasi ekonomi sekarang. Saya di pedesaan, saya tahu bagaimana mereka nangis, harga gula, itu susah. Saya ketemu orang kecil, saya tahu. Karena itu kenapa ikut bantu di tim Prabowo-Sandi," tuturnya.
Sementara itu Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan bahwa kegelisahan Gus Irfan tersebut sama seperti kegelisahan dirinya terhadap kondisi bangsa, sehingga memilih keluar dari PNS, dan juga Sandiaga Uno memilih tidak menjadi pengusaha dan terjun ke dunia politik.
"Saya juga punya kegelisahan yang sama, hadapi kehidupan politik, fitnah dimana-mana, dunia tidak nyaman tapi itu harus kami pilih," pungkasnya.