Demokrat: ''Efek Ekor Jas'' Tidak Mengalir dari Prabowo-Sandi
Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon membantah partainya tidak komitmen mendukung Prabowo-Sandi dalam Pemilu Presiden 2019.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon membantah partainya tidak komitmen mendukung Prabowo-Sandi dalam Pemilu Presiden 2019.
Sebelumnya Komitmen Demokrat tersebut dipertanyakan lantaran membebaskan para kadernya mendukung Jokowi atau Prabowo di Pemilu mendatang.
"Kalau ada yang ngomong engga konsisten, salah dia itu," kata Jansen Sitindaon, Rabu, (14/11/2018).
Menurut Jansen Sitindaon, kondisi Pemilu saat ini sangatlah berbeda dengan Pemilu sebelumnya. Saat ini Pemilu presiden dan pemilu legislatif berlangsung bersamaan. Sehingga menurutnya para kader memiliki prioritas untuk memenangkan Partai Demokrat.
"Jadi partai hari ini punya prioritas. Kalau Demokrat memang prioritas pertama kami hari ini adalah keselamatan partai itu dia. Baru kalau di titik tertentu partai kami dipikir sudah selamat baru kita masuk ke Pilpres,"katanya.
Baca: Terdesak Oleh Eropa dan AS, Putin Berharap Pada Poros Asia
Kondisi tersebut menurut Jansen bukan hanya terjadi di Partai Demokrat melainkan juga partai lainnya. Baik di kubu Prabowo maupun poros Jokowi, setiap partai fokus di Pileg. Apalagi menurut Jansen hingga saat ini belum ada efek ekor jas kepada Demokrat dari mengusung Prabowo-Sandi.
Efek ekor jas adalah pengaruh tingkat keterpilihan partai yang didapatkan partai politik dari Capres atau Cawapres yang diusung dalam Pemilu.
"Jadi kalau sekarang ini memang efek ekor jas nya belum masuk. Yang masuk itu baru ekor kaos lah, belum jas. Jadi belum mewah dia," katanya.
Ia mengatakan elektabilitas partai Demokrat tidak beranjak meski telah memutuskan mendukung Prabowo-Sandi. Berbeda dengan partai Gerindra yang eletabilitasnya meningkat tajam setelah deklarasi Prabowo-Sandi.
"Partai Demokrat yang terbaru 7-8 Persen. Jadi tanpa mendukung Prabowo-Sandi pun angka kami sudah segitu dari kemarin. Membandingkannya sederhananya seperti itu. Beda dengan Gerindra misalnya. Sebelum Prabowo-Sandi capres/cawapres itu surveinya misalnya di angka 10-11 Persen. Sekarang mereka sudah melonjak naik 15-16 Bahkan ada sebuah survei itu menempatkan Gerindra itu di angka 19 sekian persen," pungkasnya.