Samakan Indonesia dengan Haiti, Kubu Jokowi Sarankan Tim Prabowo Perkuat Data
Haiti 32 persen dari GDP. Sama halnya dengan inflasi, Indonesia berada di angka 3,2 persen, Rwanda -1 persen, dan Haiti 14,3 persen.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional Joko Widodo - Ma'ruf Amin merespon pernyataan calon presiden 02 Prabowo Subianto yang menyamakan perekonomian Indonesia dengan Haiti.
Prabowo menyebut Indonesia setingkat negara Afrika seperti Rwanda, Haiti dan pulau-pulau kecil Kiribati. Disampaikan oleh Prabowo di hadapan ribuan jamaah Majelis Tafsir Alquran (MTA) di Jalan Ronggowarsito, Kota Solo, Minggu (23/12/2018).
Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding tak sependapat dengan pernyataan Prabowo. Bahkan, ia menyebut Prabowo bicara tanpa data. Terutama jika mengacu pada Gross Domestic Product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB).
"Kita lihat data, tahun 2017 GDP ya, GDP kita bangsa Indonesia itu 3.846 USD, sementara di Rwanda 2017 hanya 748,39 USD. Di Haiti di tahun yg sama GDP nya 756,68 USD," ucap Karding saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (26/12/2018).
Sementara jika menilik dari utang negara, ucap Karding, Indonesia memiliki utang 28,7 persen dari GDP. Sedangkan Rwanda 40,2 persen dari GDP.
Baca: Soal Prabowo Pindah Markas di Jateng, TKN Jokowi Anggap sebagai Psywar untuk Memecah Konsentrasi
Kemudian, Haiti 32 persen dari GDP. Sama halnya dengan inflasi, Indonesia berada di angka 3,2 persen, Rwanda -1 persen, dan Haiti 14,3 persen.
"Pengangguran kita, 5,3 persen, Rwanda 16 persen, Haiti 14 persen. Ini sumbernya bank dunia, world bank dan tradenomics," kata Karding.
Karena itu, Karding beranggapan Prabowo kerap berbicara ngawur soal data. Ia menyarankan Prabowo untuk memperkuat tim yang mengumpulkan data.
"Dari data yang ada ini, memang pak Prabowo selama ini kalau bicara itu ngarang, ngawur, ngibul karena memang tidak ada datanya. Beliau menurut saya perlu memperkuat tim datanya lagi, beliau saya kira jangan mudah menerima masukan dari samping kanan, samping kiri yg datanya lemah, ini berbahaya, karena kalau seorang pemimpin selalu berbohong dan menakut nakuti, rakyatnya yang kasihan," kata Karding.