Sepanjang 2018, Jokowi-Amin Dan Prabowo-Sandi Masih Terjebak Gimmick Dan Saling Sindir
Sebagai petahana, Jokowi-Amin petahana cenderung melakukan kampanye normatif yang tidak cukup membuat publik tergerak aktif dalam pesta demokrasi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pusat Studi Politik & Keamanan (PSPK) Univiversitas Padjadjaran, Bandung, Muradi menilai aktivitas kampanye dua pasangan calon presiden/wakil presiden Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin (01) dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (02) masih terjebak pada gimmick dan belum menyentuh substandi.
"Masih terjebak gimmick dan juga saling sindir yang tidak cukup mencerdaskan bahkan cenderung membuat pengkubuan antar dua pendukung makin meruncing," ujar Muradi kepada Tribunnews.com, Sabtu (22/12/2018).
Kampanye yang dilakukan kedua paslon tersebut dia nilai belum menggugah esensi penguatan demokrasi substansial.
Sebagai petahana, Jokowi-Amin petahana cenderung melakukan kampanye normatif yang tidak cukup membuat publik tergerak untuk ikut aktif dalam pesta demokrasi tersebut. Menurutnya, kedua paslon harus lebih serius meyakinkan publik.
Setidaknya publik memiliki atensi politik untuk tertarik dan pada akhirnya ikut terlibat dalam perdebatan program dan perencanaan yang ditawarkan oleh kedua paslon tersebut.
"Yang sayangnya belum dapat disampaikan karena masih terjebak saling sindir dan gimmick yang tidak mencerdaskan," kritiknya.
"Mungkin tidak masalah jika petahana, karena sudah menjalankan dan melanjutkan programnya agar terintegrasi dalam skema politik yang diinginkan, semisal nawacita dan kemudian Nawacita 2," imbuhnya.
Sementara, paslon Prabowo-Sandi, dinilainya hingga saat ini belum menyampaikan tawaran alternatif dari apa yang ditawarkan petahana.
Justru pasangan Prabowo-Sandi selalu mewacanakan hal yang tidak cukup jelas dan bertentangan dengan konteks yang ada. Semisal soal harga seporsi nasi ayam.
Baca: Reklame Coblos Kabah Romahurmuzy Disegel karena Tak Berizin, PPP Mengaku Tak Tahu-Menahu
"Artinya secara substansi, keduanya masih belum memberikan penguatan atas apa yg akan dilakukan jika terpilih. Justru berbalas pantun soal hal-hal yang tidak mencerdaskan publik," tegasnya.
Untuk itu Muradi merekomendasikan agar kedua paslon harus mulai menyentuh diskursus permasalahan bangsa.
Di sisa waktu kampanye di 2019, kedua paslon diharapkan menyampaikan apa yang menjadi program unggulan yang ditawarkan dengan rasionalisasi yang bisa diterima publik melalui forum debat capres-cawapres, kampus, maupun tempat lain yang memungkinkan untuk kampanye.
Muradi juga menyarankan kedua pasangan calon agar mengurangi perdebatan yang tidak berbasis pada tawaran program. "Karena akan memberikan efek yang kurang baik dari publik," ujarnya.