Pengamat Nilai Jokowi Tidak Perlu Menyerang Kubu Prabowo-Sandi
Sikap menyerang calon presiden Joko Widodo (Jokowi) ke kubu Prabowo-Sandi dinilai pengamat tidak perlu dilakukan.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sikap menyerang calon presiden Joko Widodo (Jokowi) ke kubu Prabowo-Sandi dinilai pengamat tidak perlu dilakukannya dalam menjaga perolehan suara pada Pilpres 2019.
Pengamat dari AIPI Syamsuddin Harris mengaku kaget serangan-serangan yang dilakukan Jokowi seperti menyebut kubu lawan melakukan propaganda Rusia dalam menjalankan kampanye.
Baca: Tiga Orang Dekat Gede Widiade Ini Masih Bertahan Bersama Persija
"Ini enggak baik, tidak bagus, harusnya dia (Jokowi) menjaga originalnya karena kita ikuti empat tahun ini enggak begitu," ujar Syamsuddin saat diskusi di kawasan Slipi, Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Syamsuddin melihat, sikap menyerang Jokowi sebenarnya sudah terlihat dari debat perdana pada 17 Januari 2019.
Baca: Kuasa Hukum: Tindakan Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Tidak Masuk Ranah Pidana Korupsi
Di mana capres nomor urut 01 menunjukkan emosionalnya dan Prabowo justru lebih kalem.
"Saya enggak tahu mengapa (menjadi menyerang), mungkin beliau terpancing isu-isu yang tidak putus-putus ditujukan kepadanya," paparnya.
Baca: KPU Sebut 2.049 Caleg Ogah Buka Informasi Diri Kepada Publik
Ia pun menuturkan, sikap menyerang sebaiknya dilakukan oleh tim suksesnya saja, yang bertugas menangkal isu-isu dari kubu lawan.
"Mestinya ini enggak perlu menyerang, itu tugas timses sebenarnya," ucap Syamsuddin.
Sebelumnya, capres Jokowi menyampaikan, dalam berkampanye memang diperlukan serangan atau offensive ke kubu lawan agar suara tetap terjaga di masyarakat.
"Kampanye kan perlu offensive," ujar Jokowi.
Jokowi menjelaskan, selama empat tahun menjadi Presiden, dirinya sering tidak merespon serangan dari oposisi. Sehingga, Ia menilai inilah waktu yang tepat untuk menjawab tudingan-tudingan kubu lawan.
"Masa kita empat tahun suruh diam saja, ya tidaklah. Jadi empat tahun diem, masa suruh meneruskan," kata Jokowi.