Jokowi Nilai Deklarasi Antihoaks dan Antigibah Muslimat NU dapat Hindari Konflik
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi deklarasi antihoaks, antifitnah, dan antigibah yang dilakukan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU).
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi deklarasi antihoaks, antifitnah, dan antigibah yang dilakukan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU).
Deklarasi tersebut dilakukan pada acara Silaturahmi Presiden dengan Muslimat NU dan Para Ulama di Pondok Pesantren Al-Ittihad Cianjur, Jumat (8/2/2019)
"Saya sangat menghargai sekali, Bu Khofifah, deklarasi-deklarasi oleh Muslimat NU di mana-mana supaya kita tidak didera perpecahan dan konflik. Kalau sudah perang, sudah konflik, menyembuhkannya dan mengembalikannya sangat sulit," kata Jokowi.
Baca: Terima Dukungan Milenial Sukabumi, Hasto Singgung RUU Permusikan yang Kekang Kreativitas
Menurutnya, negara Indonesia dianugerahi Allah berbeda-beda, mulai dari suku, agama, adat, tradisi, hingga bahasa daerah.
Karena itu, Presiden menekankan pentingnya merawat dan menjaga persatuan, kerukunan, dan persaudaraan bangsa.
"Karena bangsa Indonesia ini adalah bangsa besar. Berbeda-beda dan jumlahnya banyak sekali. Penduduk kita sekarang jumlahnya sudah 260 juta. Kita memiliki 714 suku," ungkapnya.
Baca: Saat Jokowi Dengar Teriakan Rafi lalu Menggendongnya
Jokowi kemudian memberikan contoh negara Afghanistan, sebuah negara kaya di Timur Tengah yang hancur karena konflik dua suku yang berkepanjangan.
Kepada para hadirin, Jokowi pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Presiden Ashraf Ghani dan Ibu Rula Ghani.
"Ibu Rula Ghani menyampaikan yang paling rugi hanya dua, satu, wanita, yang kedua anak-anak. Tidak bisa ke mana-mana. Beliau menyampaikan sekarang saya bisa naik sepeda saja sudah saya syukuri alhamdulillah. Inilah pengalaman, pelajaran yang bisa kita ambil. Negara yang dulunya aman tenteram kemudian perang karena konflik dua suku," lanjutnya.
Sebab itu, menurut Presiden, deklarasi tadi penting untuk mengingatkan kepada seluruh komponen bangsa bahwa kita bersaudara.
Baca: Paulo Dybala Meminta Maaf Usai Bikin Ulah di Juventus saat Lawan Parma
Kepala Negara tidak ingin jika gara-gara pesta politik seperti pemilihan kepala daerah (pilkada) dan pemilihan presiden (pilpres) justru membuat masyarakat tidak saling sapa.
"Lupa kita ini saudara. Ukhuwah kita harus kita pererat terus, kita jaga, kita rawat. Kok urusan pilihan politik menjadi seperti itu. Karena apa? Di sini ngompori, di sini ngompori, kemudian muncul di tengah-tengah fitnah dan hoaks sehingga antarteman, antartetangga, antarkampung tidak saling bicara," tuturnya.
Menurut Kepala Negara, memilih pemimpin dalam kontestasi politik itu mudah. Masyarakat tinggal melihat pengalaman, prestasi, program kerja, dan ide serta gagasan yang ditawarkannya.
"Jangan dengerin yang namanya fitnah-fitnah, isu-isu yang berkembang. Kalau sudah menjelang, ini kan dua bulan lagi ini bulan politik ini, isinya pasti simpang siur ke mana-mana," katanya.