Debat Keempat Pilpres, Jokowi Dinilai Tampil Lebih Taktis, Substantif dan Berbasis Data
Menurutnya, calon presiden nomor urut 01 itu tampil lebih taktis, substantif, berbasis data, termasuk tidak keluar dari tema yang dibuat
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Arus Baru Indonesia (ARBI) Lukmanul Hakim menilai debat keempat menjadi milik Joko Widodo.
Menurutnya, calon presiden nomor urut 01 itu tampil lebih taktis, substantif, berbasis data, termasuk tidak keluar dari tema yang dibuat, yakni ideologi, pemerintahan, keamanan, dan hubungan internasional. Sementara, katanya, Prabowo Subianto seperti terjebak pada retorikanya sendiri.
Baca: Jokowi dan Prabowo Sepakat Persahabatan Keduanya Tak Akan Putus
Dalam debat keempat, kata Lukman, Jokowi terlihat semakin matang sebagai pemimpin.
Ia juga menilai Jokowi juga bersikap layaknya negarawan. Jokowi bahkan tetap merangkul Prabowo yang terpojok ketika membahas persoalan pertahanan.
Dalam tema tersebut, Lukman mengatakan Prabowo seperti tidak percaya dengan kekuatan pertahanan TNI. Anggaran alutsista yang berbeda dengan Singapura dijadikan dasar.
Sebaliknya, Jokowi memastikan kepercayaannya dengan kekuatan TNI, dan terus mengingatkan tentang ancaman perang yang bukan berasal dari kontak senjata.
“Pak Prabowo tampak lebih berpikir perang dan perang, dan tidak memahami isu aktual. Bahwa perang saat ini bisa terjadi bukan menggunakan fisik dan senjata. Perang cenderung tidak terlihat. Itulah proxy war,” kata Lukman dalam keterangan tertulis, Minggu (31/3/2019).
Menurut Lukman apa yang dilakukan Jokowi yang membentengi dan mencegah perang di sektor teknologi merupakan bagian dari kekuatan pertahanan.
Hoaks, Lukman mencontohkan, merupakan bagian proxy war.
Baca: Jokowi Bicara Rantai Persahabatan, Mahfud MD Minta Pendukung Capres-Cawapres Bersatu
“Hoaks itu melahirkan propaganda. Ini sangat mengancam stabilitas negara kesatuan,” imbaunya.
Di sektor hubungan internasional, Lukman mengapresiasi upaya Jokowi yang lebih menekankan upaya persuasif dan menyebarkan perdamaian.
“Pak Jokowi lebih menguasai tantangan diplomasi sesuai zamannya. Sementara Pak Prabowo yang menilai diplomasi disamakan dengan unjuk kekuatan,” tutur Lukman.