Mengapa yang Menebarkan Hoaks Kebanyakan Kaum Ibu-ibu?
Ratusan hoaks politik menyebar melalui media sosial hingga grup-grup komunikasi whatsapp. Imbasnya, banyak orang mulai termakan oleh kabar bohong ini.
Editor: Hasanudin Aco
Kedua tim kampanye pasangan calon presiden mengaku dampak hoks merugikan mereka.
Direktur Media Sosial Tim Kampanye Nasional dari calon presiden 01 Joko Widodo-Makruf Amin, Arya Sinulingga, mengatakan dampak hoaks dalam menggerus suara paslon nomor urut 01 cukup besar.
"Cukup banyak yang terpengaruh, dulu awal-awal ada 9 juta orang yang percaya isu (soal Jokowi anti Islam-dan PKI) dan itu digunakan untuk menggunakan suara kita di bawah, tapi sekarang sudah ada perbaikan bahwa ternyata itu bohong."
Perbaikan itu klaim Arya tampak dalam laporan berbagai lembaga yang menyebut fitnah isu Islam mulai berkurang, dan tergambar dalam elektabilitas. Namun isu komunis mulai dilempar lagi.
Baca: Berita Hoax Naik Tajam Jelang Pemilu
Terakhir katanya, tengah beredar foto seseorang dengan seragam hitam 01 datang ke debat dengan menggunakan topi yang disematkan pin bersimbol palu arit.
"(Padahal) kami pada hari itu semuanya pakai baju putih," kata Arya.
Di sisi lain, juru bicara Badan Pemenangan Pemilu BPN Prabowo-Sandi Rahayu Saraswati bercerita, ia kerap mendapat pertanyaan seputar isu pro-khilafah yang ditudingkan ke Prabowo.
"Orang-orang yang menyatakan bahwa 'Oh, Prabowo itu akan menggantikan negara Pancasila menjadi negara khilafah' masih sering, bahkan sampai dua hari menjelang debat kemarin."
Rahayu menambahkan jumlah yang bertanya dikhawatirkan lebih sedikit ketimbang yang langsung percaya.
"Takutnya lebih banyak lagi yang langsung percaya saja," lanjut dia.
Rahayu mengklaim hoaks soal prokhilafah sudah cukup lama. "Sebagai jubir, cukup melelahkan untuk mengklarifikasi."
Tidak kuat mengarahkan pemilih
Bagaimanapun, peneliti Lembaga Survei Indikator, Adam Kamil, mengatakan berita palsu tidak akan kuat untuk mengarahkan pemilih.