Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengapa yang Menebarkan Hoaks Kebanyakan Kaum Ibu-ibu?

Ratusan hoaks politik menyebar melalui media sosial hingga grup-grup komunikasi whatsapp. Imbasnya, banyak orang mulai termakan oleh kabar bohong ini.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Mengapa yang Menebarkan Hoaks Kebanyakan Kaum Ibu-ibu?
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menggelar Deklarasi Masyarakat Bandung Anti Hoax di Car Free Day (CFD) Dago, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Minggu (31/3/2019). Gerakan ini mengajak warga untuk mengatasi persebaran berita atau informasi fitnah, hasut/provokasi, dan hoaks di masyarakat. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

Kedua tim kampanye pasangan calon presiden mengaku dampak hoks merugikan mereka.

Direktur Media Sosial Tim Kampanye Nasional dari calon presiden 01 Joko Widodo-Makruf Amin, Arya Sinulingga, mengatakan dampak hoaks dalam menggerus suara paslon nomor urut 01 cukup besar.

"Cukup banyak yang terpengaruh, dulu awal-awal ada 9 juta orang yang percaya isu (soal Jokowi anti Islam-dan PKI) dan itu digunakan untuk menggunakan suara kita di bawah, tapi sekarang sudah ada perbaikan bahwa ternyata itu bohong."

Perbaikan itu klaim Arya tampak dalam laporan berbagai lembaga yang menyebut fitnah isu Islam mulai berkurang, dan tergambar dalam elektabilitas. Namun isu komunis mulai dilempar lagi.

Baca: Berita Hoax Naik Tajam Jelang Pemilu

Terakhir katanya, tengah beredar foto seseorang dengan seragam hitam 01 datang ke debat dengan menggunakan topi yang disematkan pin bersimbol palu arit.

"(Padahal) kami pada hari itu semuanya pakai baju putih," kata Arya.

Di sisi lain, juru bicara Badan Pemenangan Pemilu BPN Prabowo-Sandi Rahayu Saraswati bercerita, ia kerap mendapat pertanyaan seputar isu pro-khilafah yang ditudingkan ke Prabowo.

BERITA TERKAIT

"Orang-orang yang menyatakan bahwa 'Oh, Prabowo itu akan menggantikan negara Pancasila menjadi negara khilafah' masih sering, bahkan sampai dua hari menjelang debat kemarin."

Rahayu menambahkan jumlah yang bertanya dikhawatirkan lebih sedikit ketimbang yang langsung percaya.

"Takutnya lebih banyak lagi yang langsung percaya saja," lanjut dia.

Rahayu mengklaim hoaks soal prokhilafah sudah cukup lama. "Sebagai jubir, cukup melelahkan untuk mengklarifikasi."

Tidak kuat mengarahkan pemilih

Bagaimanapun, peneliti Lembaga Survei Indikator, Adam Kamil, mengatakan berita palsu tidak akan kuat untuk mengarahkan pemilih.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas