Mengapa yang Menebarkan Hoaks Kebanyakan Kaum Ibu-ibu?
Ratusan hoaks politik menyebar melalui media sosial hingga grup-grup komunikasi whatsapp. Imbasnya, banyak orang mulai termakan oleh kabar bohong ini.
Editor: Hasanudin Aco
"Hanya segmen tertentu saja, sementara di segmen tersebut, basis pendukung masing-masing pendukung sudah stabil, ketimbang kelompok yang lebih pasi. Karena kelompok-kelompok yang lebih aktif mengakses berita-berita tentang politik, pemerintahan, melalui saluran informasi terkini, medsos itu tidak banyak."
Menurutnya para pemilih yang aktif di media sosial dan media terkini lainnya adalah kelompok yang sudah sulit dipengaruhi.
"Mereka itu orang-orang yang imannya cukup kuat, iman ke 01 iman ke 02, relatif stabil."
Artinya para pemilih akan mengabaikan isu-isu yang menjelekkan jagoan mereka. Sementara itu para swing voter, dan mereka yang pasif tidak terlalu memperhatikan informasi yang mereka anggap tidak jelas di media sosial atau media terkini lainnya.
Dalam survei-survei yang dilakukan Indikator, hoaks tentang Jokowi keturunan PKI, terlahir dari orang tua Non-Muslim, keturunan Tionghoa, memang muncul.
"Tergambar tapi juga sedikit, dan dari orang tahu atau mendengar itu pun umumnya tidak percaya," lanjut Adam.
Ketidakpercayaan publik terhadap hoaks politik, kata Adam, lebih karena sumber berita.
"Siapa yang berbicara itu, nah itu kan kembali pada tokoh, kalau yang dipercaya itu dianggap sebagai tokoh, potensi mempengaruhinya akan sangat besar."