Pengamat: Pilpres Proses Demokrasi, Capres Harus Siap Menang dan Kalah
Pasangan calon presiden dan wakil presiden serta tim pemenangan diminta legowo menerima apapun hasil Pilpres 2019
Editor: Sanusi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasangan calon presiden dan wakil presiden serta tim pemenangan diminta legowo menerima apapun hasil Pilpres 2019 yang digelar hari ini.
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, berharap semua pihak menggunakan kepala dingin menyikapi hasil proses demokrasi lima tahunan ini.
"Siapapun yang menang nanti. Baik incumbent atau penantang tidak boleh ada yang melakukan tindakan anarkistis. Apalagi menyalahkan yang menang," kata Ujang, Rabu(17/4/2019).
Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, hingga saat ini pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul sementara dari rivalnya, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca: Komentari Hasil Quick Count Pilpres 2019, Adian Napitupulu: Yuk Kerja Keras Lagi Membangun RI!
Hasil quick count Litbang Kompas, Jokowi-Makruf memperoleh 55 persen dan Prabowo-Sandi 44 persen.
Sampel yang masuk baru sekitar 50 persen. Lembaga Survei lainnya, seperti Charta Politika, Poltracking, Indikator Politik Indonesia dan Indo Barometer juga mencatat data yang hampir sama.
Meski sampel data yang masuk belum sampai 100 persen.
Ujang menjelaskan, Pemilu Legislatif maupun Pilpres merupakan preses demokrasi biasa yang berulang setiap lima tahun. Karenanya, semua pihak diharapkan bisa menerima apapun hasil yang didapat.
"Pemilu 2019 semua kontestan habis-habisan berkampanye. Tidak jarang kita temukan gesekan, nyinyiran, saling serang dan saling menafikan. Dalam demokrasi perbedaan pendapat itu hal biasa. Sekeras apapun perbedaan, yang penting tidak anarkistis," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini.
Kata Ujang, pihak yang menang tidak boleh jemawa.
Demikian halnya pihak yang kalang harus tetap lapang dada.
"Semua ada jalurnya. Jika ada kerebratan dari yang kalah, jalur hukum adalah yang terbaik. Pilpres hanya rutinitas lima tahunan biasa. Pasti ada yang menang dan ada pula yang kalah," papar dia.
"Yang kalah tidak boleh marah-marah. Menang atau kalah merupakan hal yang biasa," katanya lagi.
Seyogyanya, kata Ujang, setiap kandidat harus siap menang dan kalah jika sudah menyatakan siap maju sebagai calon presiden dan wakil presiden.
"Jangan hanya siap menang, tapi tidak siap kalah," tutur Ujang.