Pengamat: Kasihan Pendukung Oposisi, Elite-elite Politiknya Justru Ingin Gabung ke Kubu Jokowi
"Ini kan enak betul pemilu kita. Sudah ada cebong dan kampret, kelahi berhari-hari, berbulan-bulan, kok tiba-tiba mereka islah dengan sharing power...
Editor: Malvyandie Haryadi
"Untuk apa misalnya kelompok satu, kelompok dua saling menegasi?" kata Adi.
"Kalau pun toh akhirnya menjelang penyusunan kabinet beberapa bulan ke depan, semuanya enggak ada persoalan."
"Seakan-akan politik ini bisa ditafsirkan semaunya saja begitu," tandasnya.
Kata Pengamat soal Peluang Gerindra Gabung Jokowi
Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menyebut Partai Gerindra yang selama ini menjadi oposisi berpeluang untuk jadi koalisi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.
Berbeda dengan Gerindra, Hendri Satrio berpendapat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kemungkinan akan terus menjadi oposisi pemerintah.
Baca: Jaksa Minta Majelis Hakim Tolak Eksepsi Sofyan Basir
Baca: Real Madrid Persilahkan Gareth Bale Cari Klub Lain
Baca: 12 Perusahaan Moda Transportasi Siap Layani Penumpang ke Bandara Kertajati
Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (29/6/2019), Hendri Satrio menyebut hal itu disebabkan oleh elektabilitas PKS yang meningkat selama menjadi oposisi.
Pada Pemilu 2009, PKS tercatat punya perolehan suara sebanyak 8.206.955 suara atau 7,88 persen.
Kala itu PKS mendukung pasangan capres-cawapres periode 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono.
Namun perolehan suara PKS malah menurun 6,79 persen atau sebanyak 8.480.204 pada Pemilu 2014.
Barulah saat pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, PKS mengambil langkah sebagai oposisi pemerintah.
Ternyata suara PKS naik secara signifikan pada Pileg 2019 dengan perolehan 11.493.663 suara atau 8.21 persen.
Melihat angka tersebut, Hendri Satrio meyakini PKS akan tetap menjadi oposisi di pemerintahan Jokowi-Ma'ruf pada periode 2019-2024.
"Sejarahnya PKS kalau ada di luar pemerintahan itu elektabilitasnya justru naik."