TRIBUNNEWS.COM, MERAUKE - Tuntas sudah perebutan 12 medali dari gaya bebas putra dan putri kompetisi Gulat PON XX 2021 Papua.
Kendati demikian, perburuan medali emas masih belum selesai. Masih ada enam medali emas dari gaya grego putra, yang tetap ditingkahi persaingan dari para pegulat Jatim, Kaltim, Kalsel, Jabar, DKI Jakarta, dan tuan rumah Papua.
Enam kelas gaya grego digelar Rabu (13/10) dan Kamis (14/10).
Usai kompetisi hari kelima gulat, Selasa (12/10/2021), distribusi dari 12 medali dari gaya bebas putra dan putri adalah: 1. Jatim (5-4-1), 2. Jabar (2-1-0), 3. Kalsel (2-0-3), 4.Kaltim (1-1-4), 5. Papua (1-0-2), 6.Sumbar (0-4-1), 7-8.Jateng (0-1-0)-Jambi (0-1-0), 9. Bengkulu (0-0-1).
Tim Gulat DKI Jakarta, Lampung, Babel, Sumut, dan Sumsel, belum memperoleh medali.
"Alhamdulillah, target sudah tercapai, kami tinggal berharap mendapatkan bonusnya," ungkap Agus Pebrianto, pembina gulat Kalsel, Selasa sore.
Agus Pebrianto yang juga Wakil Ketua Umum PP PGSI ini merespon keberhasilan pegulat andalannya, Fahriansyah, yang merebut medali emas kelas 86kg gaya bebas putra.
Fahriansyah, yang menjadi unggulan, mengungguli pegulat Jatim Krisna Eka Pratama di final, sekaligus mengokohkannya sebagai 'Raja' kelas 86kg gaya bebas.
Terkait bonus medali, kata Agus Pebrianto, itu diharapkan dari dua pegulatnya yang tampil di gaya grego, yakni Ferdinandus di kelas 87kg dan Riska Adam di kelas 97kg, yang dipertandingkan Kamis lusa.
Jika kubu Papua, Jatim dan Kalsel diwarnai kebahagiaan dari keberhasilan pegulat andalannya merengkuh medali emas dari tiga kelas gaya bebas putra, mendung memayungi tim gulat Jateng.
Pasalnya, andalan pamungkasnya, Ahmad Umar Maulana yang tampil di kelas 125kg, luput menjumput medali emas.
Ahmad Umar Maulana hanya berhasil menyumbang medali perak, harus mengakui keunggulan Dimas Septo Anugerah dari Jawa Timur.
Dengan demikian, dari tiga pegulat, Jateng masih beruntung bisa membawa pulang satu medali perak.
"Gulat Jateng gagal dalam kepemimpinan saya. Itu fakta, kan tujuan utama pembinaan adalah prestasi, dan we fail. Sudah saatnya bagi gulat Jateng untuk dipimpin oleh figur yang bertangan dingin dalam meraih prestasi," ungkap Andreas Budi Wirohardjo, SE, MA, dari Merauke, Papua, Selasa (12/10/2021)
Sebelum pentas Gulat PON XX Papua ini dimulai, Andreas memotivasi para atletnya dengan bahkan mentargetkan tiga medali emas dari tiga pegulat andalannya.
"Wajar kalau kami juga berharap bisa mengubah peta pergulatan nasional," jelasnya.
Untuk itu, dalam mempersiapkan tiga pegulatnya, ia juga mendatangkan pelatih luar untuk membantu Danang Priyadi, pelatih lokal.
Ia mengaku akan melakukan evaluasi menyeluruh agar ke depannya bisa lebih baik.
"Tentunya kita juga menginginkan lebih banyak lagi kompetisi, tidak hanya PON," jelas Andreas kala itu.
Kandasnya harapan Jateng diawali kegagalan Siti Aliyah di kelas 62kg gaya bebas putri. Siti Aliyah hanya menempati urutan keempat setelah gagal membuat kejutan mengalahkan pegulat nasional asal Jatim, Mutiara Ayuningtyas, dalam perebutan medali Perunggu.
Medali Emas kelas ini direbut Kharisma Tantri Herlina (Jabar), setelah di final mengalahkan Delfita (Sumbar).
Setelah itu, Senin (11/10), Tegar Arya Wibisono yang menjadi andalan Jateng di kelas 57kg gaya bebas putra, menduduki peringkat kelima, setingkat di atas pegulat tuan rumah, Abraham Pasik.
Empat posisi teratas kelas ini berturut-turut ditempati Zainal Abidin (Kaltim), Puji Prastiyo (Jatim), Debi Haryanto (Bengkulu), dan M.Seman (Kalsel).
Di samping Jateng, lima provinsi lain juga belum membendaharakan medali. Yakni, DKI Jakarta, Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung.
Namun, DKI Jakarta masih punya kesempatan untuk membawa pulang medali. Dari lima pegulat, baru Selfie Ajeng di kelas 50kg gaya bebas putri dan Rudi Hariyanto di kelas 125kg gaya bebas putra yang sudah kehilangan peluang.
Tiga andalan Jakarta lainnya baru akan tampil Rabu (13/10) dan Kamis (14/10) dari kompetisi gaya grego. Yakni, Andika Sulaeman di kelas 77kg, M Rudiansyah kelas 87kg, dan Nur Rusli kelas 130kg.