Peci Unik Bergambar Kartun Asal Tegal Laris Manis
Ramadan 1436 Hijriyah menjadi berkah tersendiri buat perajin peci (kopiah) di Kabupaten Tegal Jawa Tengah.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, TEGAL - Ramadan 1436 Hijriyah menjadi berkah tersendiri buat perajin peci (kopiah) di Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Pesanan peci berbagai jenis dan motif meningkat tiga kali lipat dari hari biasa.
Nur Aisyah (43) dan suaminya Bunyamin (50), perajin peci asal Dukuh Larawisan, Desa Kajen, Kabupaten Tegal mengaku kewalahan memenuhi pesanan. Nur Aisyah dan Bunyamin merupakan satu-satunya perajin peci yang masih bertahan di Kabupaten Tegal.
Dari segi harga, peci buatan Nur Aisyah memang bersahabat yakni mulai Rp 45 ribu - Rp 700 ribu per kodi. Hal itulah yang membuat usahanya semakin berkembang dan dipercaya untuk menyelesaikan pesanan peci.
Pelanggannya dari berbagai daerah bahkan melayani pesanan dari Pulau Sumatera. "Alhamdullilah dua bulan sebelum puasa pesanan peci meningkat sampai tiga kali lipat dari hari biasa. Sekarang ini saya harus memenuhi permintaan 2.000 kodi," ujar Nur Aisyah di kediamannya, Rabu (17/6/2015).
Untuk menyelesaikan jumlah pesanan itu, Nur Aisyah dibantu 15 orang karyawan. Namun, tidak semua karyawan bekerja di rumah miliknya. "Delapan diantaranya mengerjakan di rumah masing-masing. Sisanya menjahit di sini," ujar perempuan berjilbab ini.
Sukses dalam usaha tidak membuat Nur Aisyah lupa diri. Ia dan suami memberikan pelatihan gratis membuat peci bagi siapa saja yang berminat. Pelatihan yang diberikan juga untuk membuka peluang bagi siapa saja yang ingin bekerja sama.
Menjadi perajin peci, sudah ditekuni Nur Aisyah dan suaminya sejak 20 tahun silam. Saat itu, dengan bekal uang tabungan, dia menghabiskan waktu sekitar setahun untuk mencoba berbagai usaha.
Mulanya pada tahun 1993, ia menjajal kerajinan rajut berbahan benang nilon yang kemudian dikenalkannya kepada warga sekitar rumahnya.
Selama setahun mereka bisa menghasilkan rajutan berbentuk tas dan sandal. Namun, karena biaya produksi mahal, maka harga produknya pun relatif mahal. Akibatnya, pemasarannya sulit.
Ia kemudian mencoba rajutan lain berupa peci atau kopiah dengan berbagai model. Bersama para perajin yang merupakan warga sekitar, ia memasarkan peci rajutan itu. Mula-mula ia menawarkan peci rajutan itu ke warga desa dan pasar-pasar tradisional di Kabupaten Tegal.
Setelah peci rajutan itu mendapat respons cukup bagus dari konsumen di Kabupaten Tegal, mereka kemudian memasarkannya ke luar Tegal.
Nur Aisyah dan suami sengaja memilih kerajinan rajutan, karena pekerjaan itu relatif tak asing bagi warga di kampungnya. Meskipun sudah mulai laku, pembuatan peci rajutan awalnya masih dikerjakan sendiri dengan bantuan lima tetangga. Melihat permintaan peci rajutan semakin banyak, ia pun menawarkan kepada setiap warga yang mau bergabung.
Hingga kini, peci buatan Nur Aisyah sudah berkembang baik dari jenis dan motifnya. "Sekarang sudah ada 25 motif peci, ada yang berupa garis-garis dan corak beraneka ragam dengan perpaduan warna yang menarik," ujar ibu tiga orang anak ini.
Selain peci rajutan, ia juga membuat peci berbahan kain dan beludru dengan berbagai model. Satu model peci yang cukup laris saat ini, kata dia, peci kucir bergambar kartun seperti Doraemon dan Angry Birds. "Peci kucir gambar kartun ini memang banyak dimintai, pesanannya sampai 200 kodi sebulan," tambahnya.
Tak ingin mengecewakan konsumen, dia tak hanya memenuhi permintaan dalam jumlah banyak. Peminat peci rajutan eceran pun dia layani.
"Supaya konsumen tidak bosan, saya bisa memadu-padankan warna peci. Ini kelebihan peci rajutan dibandingkan peci nasional yang modelnya baku dan pilihan warnanya pun terbatas," ungkapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.