Puasa dan Penguatan Memori
“Jangan kalian matikan hati dengan banyak makan dan minum, karena hati bisa mati seperti tanaman apabila disirami banyak air.”
Editor: Y Gustaman
Oleh: KH. Cholil Nafis, Ph.D., Ketua Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat
TRIBUNNEWS.COM - Menahan lapar dan haus saat berpuasa membuat tubuh kita terasa kurang berenergi. Secara fisik memang demikian, karena tidak ada asupan makanan sepanjang hari. Sehingga kita menganggap bahwa saat berpuasa adalah saatnya mengurangi aktifitas fisik.
Namun jangan pernah bilang bahwa karena berpuasa kita harus mengistirahatkan otak untuk berpikir disebabkan daya ingat (memori) menjadi berkurang. Benarkah demikian?
Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, memberi catatan khusus bagi orang yang terlalu banyak makan (termasuk yang tidak mau berpuasa, pen).
Menurut Al-Ghazali, orang yang terlalu banyak makan berarti dirinya memiliki kebiasaan yang sangat buruk, baik secara fisik maupun batin.
Dalam kitabnya Sirajuth Thalibin, Al-Ghazali menyebut 10 bahaya orang yang terlalu banyak makan, di antaranya menyebabkan hatinya mati dan hilangnya pancaran cahaya.
Makanan dan minuman yang terlalu banyak masuk ke dalam tubuh, kata Al-Ghazali, membuat otak menjadi melambat dan bebal. Hatinya pun sulit digerakkan untuk berzikir dan beribadah kepada Allah.
Ibarat bercocok tanam, tanaman yang terlalu banyak disirami air tanpa memberikan kesempatan untuk berkembang, maka ia akan layu dan akhirnya mati.
Begitu juga manusia, kalau terlalu banyak memasukkan makanan ke dalam perutnya, maka hatinya akan mati dan hilang pancaran cahayanya. Contoh yang paling mudah adalah seseorang yang terlalu banyak makan akan mudah mengantuk dan banyak tidur.
Rasulullah SAW menyatakan dalam salah satu sabdanya:“Jangan kalian matikan hati dengan banyak makan dan minum, karena hati bisa mati seperti tanaman apabila disirami banyak air.”
Sebagian ulama sufi mengumpamakan perut dengan periuk yang mendidih dibawah hati, uap dari periuk naik ke atas mengenai hati, maka uap tersebut akan mengotori hati dan membuat hati jadi berdaki.
Sebuah perumpamaan yang sangat tepat, karena faktanya secara fisik, timbulnya penyakit yang diderita oleh manusia akibat dari pola konsumsi yang tidak benar.
Al-Ghazali juga menyindir kepada mereka yang terlalu banyak makan akan kehilangan rasa manisnya beribadah atau ketenangan dalam ibadah. Perut yang penuh justru akan merusak konsentrasi dalam beribadah kepada Allah karena sistem metabolisme tubuh dikuasai oleh unsur-unsur material.
Abu Bakar as-Shiddiq berkata: “Aku tidak pernah lapar semenjak menjadi seorang Muslim, supaya aku mendapatkan ketenangan dalam beribadah kepada Tuhanku, maka aku tidak banyak minum, karena aku rindu untuk berjumpa dengan Tuhanku”.