Kisah Dibalik Masjid Jami Matraman, Tempat Soekarno Salat Jumat Usai Bacakan Teks Proklamasi
Di mana Masjid ini menjadi saksi bisu digelarnya sholat Jumat pertama setelah Indonesia merdeka
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Alhasil, hingga saat ini juga masjid Jami Matraman terus berfungsi sebagai pusat dakwah bagi umat islam. Bahkan kegiatan dakwah terus dilakukan di masjid tersebut.
"Semua kegiatan digelar disini, pada bulan ramadhan, masjid juga dijadikan untuk pelaksanaan pesantren kilat," katanya.
Sejak awal dibangun masjid ini, belum pernah dilakukan perbaikan, hingga akhirnya pada tahun 1930, Masjid Jami Matraman dibangun kembali oleh warga sekitar, diketuai oleh Nyai Patiloy, seorang arsitek asal Ambon.
"Bahkan tokoh perjuangan H Agus Salim pun terlibat dalam renovasi masjid tersebut," katanya.
Masjid Jami Matraman juga turut menghiasi kisah sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.
Di mana Masjid ini menjadi saksi bisu digelarnya sholat Jumat pertama setelah Indonesia merdeka.
"Setelah presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi, beliau segera menuju masjid ini bersama sejumlah tokoh untuk menjalankan sholat Jumat," katanya.
Perbaikan masjid itu pun kembali dilakukan pada tahun 1955 hingga 1960. Hal itu pun tak selesai dan renovasi kembali dijalankan pada 1977.
Dan hingga saat ini, perbaikan pun belum dilakukan karena kurangnya biaya.
"Sebenarnya tahun lalu mau di perbaiki lagi, namun karena keterbatasan biaya akhirnya belum terlaksana," katanya.
Baca: Kedatangan Anies Kejutkan Umat Buddha yang Laksanakan Hari Raya Waisak di Wihara Ekayana Arama
Saat ini, kata Surahman, kondisi masjid masih tetap seperti puluhan tahun yang lalu. Dimana masjid yang berada disamping kali Ciliwung ini masih menjadi tempat ibadah terbaik bagi warga.
"Setidaknya masjid bisa menampung 1500 jamaah, bahkan kalau Jumat dan hari besar lainnya, bisa mencapai 2000 jamaah yang memadati lokasi ini hingga tumpah ke jalan," ucapnya.
Penulis: Joko Supriyanto
Berita ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul: Melihat Masjid Pertama yang Digunakan Soekarno Usai Bacakan Teks Proklamasi