Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Setelah Buka Puasa Hati Manusia Selayaknya Terpaut Dalam Dua Kegelisahan

Seluruh umat berharap yang terbaik dari bulan terbaik. Tak diragukan lagi, ada harapan besar (raja) berpadu dengan kekhawatiran (khauf)

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Setelah Buka Puasa Hati Manusia Selayaknya Terpaut Dalam Dua Kegelisahan
dok. Hotel GranDhika Iskandarsyah Jakarta
Ratusan anak yatim berkumpul di Hotel GranDhika Iskandarsyah Jakarta untuk menghadiri buka puasa bersama. 

Terma khauf atau takut ini tidak boleh dipisahkan dengan raja atau harapan. Keduanya ibarat keping mata uang yang satu sama lain saling memberikan nilai.

Takut (khauf) disertai harapan (raja) supaya manusia dapat menyaksikan sifat kasih dan sayang Allah mendahului segala sesuatu, sebagaimana firman Allah SWT dalam sebauh hadis qudsi, “Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku.”

Imam Al-Qusyairi memberikan pengertian takut atau khaufdengan mengatakan: adalah problematika yang berkenaan dengan peristiwa yang akan datang. Sebab seseorang hanya akan takut sekiranya sesuatu yang tak diharapkan menimpanya, atau sesuatu yang diinginkan luput darinya.

Demikian ini berkaitan dengan masa yang akan datang. Sedangkan berkaitan dengan hal yang telah terjadi, takut kepada Allah berarti takut akan hukuman-Nya di dunia maupun di akhirat.

Karena itu, Allah mewajibkan takut kepada hamba-Nya dalam firman-Nya, “Maka takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran [3]: 175)[2]

Yahya bin Mudz dalam Jawahir At-Tashawwuf mengatakan, “Duhai nestapanya manusia, sekiranya dia takut kepada neraka sebesar takutnya kepada kemiskinan, niscaya dia akan masuk surga.[3] 

Namun, tidak hanya takut (khauf) an sich. Dalam berbagai referensi tasawuf, terma ini selalu berdampingan dengan raja atau harap[an].

Berita Rekomendasi

Harapan berarti keterpautan hati kepada sesuatu yang diinginkan menjadi kenyataan. Kebalikan dari takut, harapan memberikan kedinamisan dan menghidupkan. Harapan mendorong lahirnya optimisme untuk mengejar dan mewujudkannya.

Tanpa ada harapan, hal itu akan menjelma angan-angan yang tidak akan menggerakkan, tapi menciptakan kemalasan.[4]

Al-Ghazali melanjutkan keterangannya dengan satu riwayat dari Al-Hasan Al-Bashari. Dia mengatakan: “Pada suatu kesempatan dia melewali suatu kaum yang sedang tertawa terbahak-bahak, lalu dia berkata:

‘Sejatinya Allah menjadikan bulan Ramadan sebagai tempat persembunyian bagi makhluk-Nya, di mana mereka berlomba-lomba untuk menaati-Nya.

Sehingga, bergegaslah suatu kaum hingga mereka memperoleh kemenangan; dan tertinggallah kaum lainnya, dan mereka pun mendapatkan kerugian.

Karena itu, sangat mengherankan bagi orang yang tertawa dan bermain-main pada hari ini, di mana orang-orang yang bergegas memperoleh kemenangan, dan orang-orang yang berjalan sia-sia akan merugi.

Demi Allah, seandainya tutup itu tersingkap, sungguh orang-orang baik akan berbuat kebaikan dan orang jahat akan tetap dengan kejahatan mereka.”

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas