Pesantren Tazakka Yudisium 87 Santri di Bulan Ramadan
Pada malam sebelumnya, Sabtu (18/5), digelar Resepsi Perpisahan atau Haflatul Wada’ diikuti sekitar 600an hadirin
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, BATANG - Pada momentum Ramadhan 1440 ini, Pimpinan Pondok Modern Tazakka meyudisium 87 santrinya, Minggu (19/5/2019) lalu.
Mereka adalah alumni angkatan ke-3 yang menyebut dirinya sebagai The Integrative Generation.
Pada malam sebelumnya, Sabtu (18/5/2019), digelar Resepsi Perpisahan atau Haflatul Wada’ diikuti sekitar 600an hadirin yang memadati halaman Gedung Rabithah Tazakka, terdiri dari: seluruh santri kelas akhir, dan dihadiri para walisantri, guru-guru Tazakka, tamu undangan dan masyarakat sekitar.
Nampak hadir pula dalam acara tersebut Ketua Yayasan Tazakka, H. Anta Masyhadi dan Pembina Yayasan, H. Teguh Suhardi, Kasdim 0736 Batang, Mayor Inf Raji, Kasi PD Pontren H. Sugiedi, SH., Muspika dan Muspida. Beberapa pimpinan pesantren dari Aceh, Riau, Palembang, Gowa, Yogyakarta, Bandung, Palangkaraya dan beberapa daerah lain juga nampak hadir.
Direktur KMI, KH. M. Bisri, S.H.I, M.Si melaporkan bahwa sebanyak 87 siswa yang akan diyudisium telah menyelesaikan pendidikannya selama 4 tahun untuk Kelas Intensif dan 6 tahun untuk Kelas Reguler, dan telah mengikuti ujian akhir untuk 50an materi pelajaran yang diujikan pada semester pertama dan kedua.
“Mereka telah menyelesaikan semua proses pendidikan dan pengajaran selama empat hingga enam tahun, termasuk di dalamnya kegiatan wajib praktek mengajar, fathul kutub dan bahsul masail, economic study tour, ujian toefl dan toafl hingga penulisan karya ilmiah dalam bahasa Arab atau Inggris, semuanya itu menjadi syarat yudisium kelulusan” paparnya.
Dalam Haflatul Wada itu, dibacakan pula Pesan, Nasehat dan Wasiat dari Trimurti Pendiri Pondok Modern Gontor, yaitu KH. Imam Zarkasyi yang dibacakan oleh KH. Anizar Masyhadi, SS. dan KH. Ahmad Sahal yang dibacakan oleh KH. Oyong Syufyan, Lc., MA.
Selanjutnya, KH. Anang Rikza Masyhadi, MA. selaku Pimpinan dan Pengasuh Pondok memberikan pesan dan nasehatnya selama satu jam lebih. Beliau menekankan tentang nilai-nilai penting seperti menjaga misi sebagai perekat umat dan mundzirul qoum, menjadi pemimpin yang amanah, kuat dan bertanggungjawab, serta dapat menjadi uswah di masyarakat.
“Jadilah pemimpin yang punya totalitas, berani memutuskan, berani ambil resiko dan bergerak cepat; pemimpin yang berotak besar dan berjiwa besar, dan melakukan kerja-kerja besar, jangan jadi pemimpin yang tidak punya rasa malu dan tanggungjawab, pemimpin yang tidak tahu apa yang harus dikerjakannya” jelas Kiai Anang.
“Pemimpin itu bergerak dan menggerakkan, pemimpin itu mengendalikan, jika tidak punya kemampuan untuk itu, maka ia akan digerakkan dan dikendalikan oleh orang lain, itu namanya pemimpin boneka” tandasnya.
Beliau juga menjelaskan tentang sistem pendidikan di Tazakka yang merupakan bagian dari ciri kemodernan. “Pondok ini harus berjalan by system, karena ciri kemodernan adalah tersistem. Maka, semua kegiatan di pondok ini harus tersistem dengan baik” tegas Kandidat Doktor Linguistik Arab dari Suez Canal University Mesir ini.
Kiai yang juga masih tercatat sebagai mahasiswa S3 Ekonomi Islam Universitas Gadjah Mada ini menekankan pula pentingnya keteladanan di masyarakat. “Bangsa ini krisis keteladanan, bukan krisis SDM karena SDM kita hebat-hebat, kita sebagai banga defisit pemimpin dan tokoh-tokoh yang bisa dijadikan uswah, yang amanah, ikhlas dan setia pada perjuangan keumatan dan kebangsaan” lanjutnya.
“Yang ada adalah perebutan, perebutan kekuasaan, pengaruh, dan perebutan kue-kue, memperebutkan urusan perut ke bawah, maka kalian yang tafaqquh fid-din ini harus bisa tampil menjadi mundzirul qoum, sang pencerah umat, dan untuk itu kalian harus menjadi shalih dan muslih” katanya.
Seluruh santri yang diyudisium, sebagaimana disampaikan Wakil Direktur KMI Ustadz Hakim As-Shidqi, M.Pd.I diwajibkan menjalani masa pengabdian selama satu tahun ajaran. “Artinya, setelah yudisium kelulusan ini, mereka wajib pengabdian setahun, baru setelah itu dibolehkan mengambil ijazah” ujar Hakim.
Sebanyak 42 orang ditugaskan mengabdi di Pondok Modern Tazakka; dan 37 orang ditempatkan di beberapa pesantren atau lembaga pendidikan Islam di berbagai belahan Nusantara: Aceh, Riau, Palembang, Palangkaraya, Gowa, Banten, Bogor, Bandung, Purwakarta, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Yogyakarta dan Lamongan. Mereka diwajibkan untuk membantu mengajar, mengelola pesantren dan membina masyarakat. Sedangkan sisanya ditugaskan terjun langsung ke masyarakat dan tugas belajar sebagai kader Pondok Modern Tazakka.