Mutiara Ramadan: Menangkap Pesan Nuzulul Quran
Alquran turun tidak dalam bentuk lembaran kertas penuh tulisan yang jatuh berhamburan di muka bumi, lalu dipungut oleh Rasulullah.
Editor: Dewi Agustina
Alquran menamakan dirinya dengan beragam nama dan fungsi, namun yang terkenal sebagai hudan atau petunjuk jalan kebenaran dan kebaikan.
Dalam tradisi hermeneutika, sebuah petunjuk akan berfungsi dengan mengandaikan beberapa syarat.
Tiga Syarat
Pertama, seseorang mesti paham apa yang dikandung oleh petunjuk itu.
Misalnya saja, ketika ke Jepang, saya tiba-tiba menjadi buta huruf lantaran dihadapkan beberapa keterangan dan petunjuk jalan dalam huruf kanji dan bahasa Jepang.
Demikian pula apa yang dikandung Alquran. Ketika seseorang tidak mampu membaca dan menangkap pesannya, petunjuk itu tidak berfungsi.
Kedua, ibarat petunjuk jalan, kalau seseorang paham tetapi tidak mau menaati atau dihadapkan pada situasi yang menghalangi, lagi-lagi petunjuk itu tidak mengantarkan seseorang pada sasaran.
Ketiga, ibarat resep dokter, kalau seseorang tidak berdisiplin mengikuti petunjuknya agar memakan obat serta menjaga gaya hidup sehat, sulit baginya untuk hidup sehat.
Bahwa membacanya berpahala, memang itu dibenarkan oleh Rasulullah.
Bahwa peringatan nuzulul Quran itu bagus, itu sudah pasti sebagai tanda cinta umat Islam pada kitab sucinya.
Agar Alquran mencapai sasarannya dan nuzul atau turun pada bumi manusia dan berfungsi membawa rahmat bagi kehidupan manusia, tidak saja bagi umat Islam, syarat pertama seseorang haruslah menyucikan hatinya (clean heart).
Bagi orang yang hatinya tidak bersih, Alquran sulit untuk masuk. Demikianlah bunyi sebuah satu ayat Alquran.
Syarat kedua, bila tanpa pikiran kritis dan selalu ingin berdialog secara cerdas dengan Alquran, Alquran seakan bisu, tidak banyak berbicara pada kita.
Sebuah teks akan berbicara dan mengajari kita kalau kita senang bertanya, berdialog dan menangkap kandungannya.