Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Ramadan di Kota Meguro Jepang: Mengobati Rindu, Suasana Indonesia

Hari pertama bulan Ramadan, 24 April 2020 di Jepang, Andi dan keluarga berpuasa lebih lama dibanding di Indonesia. Mereka berpuasa

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Ramadan di Kota Meguro Jepang: Mengobati Rindu, Suasana Indonesia
ISTIMEWA
Andi Lala Waluyo 

TRIBUNNEWS.COM,MEGURO- Andi Lala Waluyo pindah ke Jepang Agustus 2018 lalu. Keputusan Andi pergi ke Jepang lantaran sang istri tercinta mendapat pekerjaan di kota Meguro, Tokyo. Dua anaknya pun, kata Andi bercerita, ingin merasakan sensasi hidup di Negeri Matahari Terbit.

Tahun 2020 ini Andi dan keluarga genap dua tahun berada di Jepang. Bulan Ramadan tiba di bulan April, yang berarti di Jepang saat ini sedang musim semi.

Hari pertama bulan Ramadan, 24 April 2020 di Jepang, Andi dan keluarga berpuasa lebih lama dibanding di Indonesia. Mereka berpuasa sedikitnya selama 15 jam.

Baca: Legislator PDIP Duga Ada Praktik Korupsi di Balik Pemilihan Ruangguru Sebagai Mitra Kartu Prakerja

Panjangnya waktu berpuasa bukan masalah. Andi dan keluarga berpuasa di rumah saja karena pandemi virus Covid-19 sedang melanda Jepang. Pemerintah Jepang, kata Andi bercerita, telah menerapkan keadaan darurat Covid-19 di 47 prefektur negara.

Andi Lala Waluyo bersama keluarga tercinta
Andi Lala Waluyo bersama keluarga tercintanya di Kota Meguro, Jepang.

Hal itu dikarenakan angka kasus penularan pandemi terus bertambah sejak akhir Februari 2020 lalu.Andi melanjutkan ceritanya, sebelum ada Covid-19, umat muslim yang berpuasa di Jepang sangat beruntung bila tempat tinggalnya berdekatan dengan masjid.

Baca: Tawuran Saat PSBB, Polisi Amankan 18 Orang Pelaku di Tangerang Selatan

"Kalau mereka tinggal tidak jauh dari masjid, mereka bisa menikmati Ramadan di masjid seperti halnya di Indonesia.Mulai dari berbuka puasa bersama, atau mungkin sahur dan tarawih tentunya," sambung Andi.

Andi mengatakan, dirinya dan keluarga tinggal di dekat Masjid Indonesia-Tokyo. Berarti Andi salah seorang muslim yang beruntung, karena bisa merasakan Ramadhan yang hampir sama dengan di Indonesia.

Berita Rekomendasi

Sebelum masa pandemi Covid-19, Andi dan sesama muslim di Meguro, Tokyo, memiliki cukup banyak kegiatan. Bukan hanya berbuka dan sahur, tapi juga ada tabligh Akbar seminggu sekali dengan mengundang ulama dari Indonesia.

Ada juga pengajian untuk anak-anak setiap hari Sabtu dan pengajian untuk ibu-ibu setiap hari Jumat, setelah salat Jumat tentunya.

Baca: Anies Baswedan Siapkan 20 Juta Masker Kain Gratis Untuk Warganya

"Juga ada bazar Ramadan yang berbarengan dengan acara tabligh akbar seminggu sekali. Di situ dijual juga makanan Indonesia, pakaian muslim, buku-buku muslim. Umumnya yang dijual di bazar Ramadaan makanan Indonesia," jelas Andi.

Andi bercerita, yang mengorganisir seluruh kegiatan Ramadaan sebelum ada Covid-19 yakni organisasi Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang. Semua kegiatan itu dipenuhi dengan konsep urunan.

Masyarakat muslim di Tokyo, lanjut Andi, urunan untuk penyediaan makanan berbuka puasa dan sahur. Kemudian mereka juga membentuk tim kepanitiaan untuk bazar selama Ramadhan. 

Baca: Dituduh Dukun Santet, Satu Keluarga Diusir Dari Rumah Mereka, Kades dan Aparat Ikut Geduduk Rumahnya

"Kita juga mengundang warga Jepang yang ada di sekitar masjid. Jadi mereka dikasih kupon untuk berbelanja gratis di bazar. Satu kupon seharga seribu Yen. Jadi mereka bisa menikmati makan bersama sama kita ketika berbuka puasa," terang Andi.

Jelang Idul Fitri, sebelum ada Covid -19, dibentuk kepanitiaan untuk memasang karpet dan memenuhi segala keperluan di masjid. Juga dibentuk tim keamanan. "Suasananya seperti di Indonesia. Kita ciptakan sebagai obat rindu. Supaya tetap bisa merasakan Ramadan meski di negeri orang," kata Andi.

Kini saat pandemi Covid-19 aktifitas peribadatan umat muslim di Jepang beralih secara online melalui aplikasi Zoom. Tak terkecuali untuk kegiatan di bulan Ramadan.

Baca: 5 Skema Program Bantuan Pemerintah bagi UMKM Hadapi Dampak Covid-19

Pengajian, tabligh Akbar, kata Andi, kini dilakukan satu minggu sekali. Menghadirkan ustaz atau para ulama-ulama Indonesia dalam kanal live streaming Zoom. "Tarawih di rumah, berbuka, bersama keluarga. Hanya di dalam rumah," kata Andi singkat.

Berpuasa di tengah Covid-19, baginya ada hikmah tersendiri. Dipaksa terus berada di rumah demi memutus rantai penyebaran virus Covid-19, Andi kini memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga.

Baca: Minum Air Kelapa untuk Berbuka Puasa, Tubuh Akan Langsung Rasakan Manfaat Ini

"Sisi baiknya bekerja dari rumah, kita lebih banyak waktu untuk anak, istri atau suami, kemudian beribadah bersama. Hal itu kan mungkin yang terlewatkan selama kita sibuk dengan pekerjaan," kata Andi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas