Trend Ngaji Online dan Ambyarnya Kharisma Kiai NU, Sudah Saatnya Move On!
Dalam rangka tetap menjalin tali silaturahmi dan intelektual, kiai-kiai kharismatik dan gus-gus kredibel memanfaatkan media sosial.
Editor: Husein Sanusi
Pernyataan tersebut untuk menjawab pertanyaan dari follower yang merasa senang menemukan banyak kajian kitab kuning namun kebingungan memahami kontens karena disampaikan dalam bahasa lokal Jawa. Ini salah satu latar belakang sepinya peminat pengajian online kiai-kiai NU.
Al-thariqah ahammu min al-maddah (metode lebih penting dari materi). Dari segi kontens, tawaran para kiai dan gus karismatik dari NU jauh lebih berkualitas dibanding dari ustad-ustad pragmatis yang hanya mengejar viral dan peningkatan jumlah subscribers.
Tetapi, kontens yang bagus dari kiai dan gus NU tersebut sepi peminat karena disajkan dengan metode klasik yang belum sepenuhnya beradaptasi dengan perubahan.
Generasi milenial adalah generasi yang simple, mencari kemudahan, sederhana, dan kontens-kontens yang menghibur.
Teknologi itu pun diciptakan untuk memfasilitasi efisiensi dan efektifitas sebagai kebutuhan dasar manusia.
Tidak salah bila generasi android ini jauh lebih tertarik pada kontens How To, panduan praktis dan teknis, bukan wacana berat, penalaran rumit, serta proses yang panjang. Jika ini belum tercapai maka sepinya peminat ceramah online kiai dan gus dari NU bukan salah siapa-siapa lagi.[]
*Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.