Ketum Muhammadiyah Beri Lima Pesan Bulan Ramadan
Haedar pun menceritakan kisah nabi, suatu saat nabi sedang keliling di kota Madinah ada seseorang yang sedang memaki-maki hamba
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan lima pesan bulan Ramadan.
Dalam pesan pertamanya, Haedar mengatakan bahwa dalam melaksanakan puasa harus betul-betul dengan kondisi lahir dan batin.
"Jangan sampai puasa itu hanya mengubah jadwal makan dan minum kita tetapi tidak mengubah perilaku makan dan minum kita yang dimestikan untuk tetap tidak boleh israf (melampaui batas)?” kata Haedar yang dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Selasa (13/4/2021).
Baca juga: Cara dan Waktu yang Tepat untuk Mengucapkan Niat Puasa Ramadan Beserta Bacaannya
Haedar pun menceritakan kisah nabi, suatu saat nabi sedang keliling di kota Madinah ada seseorang yang sedang memaki-maki hamba sahayanya padahal saat itu bulan puasa lalu nabi dengan santun memberi kurma kepada orang itu.
“Ya Rasul kenapa engkau berikan kurma padahal aku sedang berpuasa?” apa kata nabi? “Banyak orang yang puasa namun dia tidak mendapatkan apapun dari puasanya selain lapar.”
Itu sindiran nabi yang paling tajam. Saat ia berpuasa seharusnya ia dapat menahan nafsu amarahnya maka sama saja puasa yang dilakukannya tak mendapat apapun selain lapar.
Baca juga: Konsistensi Pencegahan Penyebaran Covid-19 Selama Ramadan dan Idul Fitri Harus Ditingkatkan
Pesan kedua Haedar, di bulan puasa Ramadan disunnahkan untuk melaksanakan salat tarawih. Haedar mengimbau agar masyarakat tidak memaksakan diri apabila salat tidak memungkinkan untuk ditunaikan di Masjid.
Bukan berarti mengajak orang untuk menjauhkan diri dari masjid, tetapi karena kondisi yang masih tidak memungkinkan, selain itu melaksanakan salat di rumah pun kita bisa khusyuk.
“Jadikan Qiyamul Lail (tahajud, tarawih, dan salat malam) kita itu menjadikan diri kita orang-orang yang memperoleh kemuliaan dalam hidup kita lahir dan batin,” tutur Haedar.
Ketiga, dengan mempelajari al-Qur’an tetapi lebih dari itu pahami al-Qur’an arti makna dan maksudnya dan praktekkan dalam hidup.
Baca juga: Mengawali Ramadan Tahun Ini, Syakir Daulay Rilis Album Baru
Ditegaskan Haedar, al-Qur’an harus jadi petunjuk mana yang baik, benar, keliru, halal, buruk, salah, yang pantas dan tidak pantas. Orang yang paham al-Quran mempratekkan al-Quran dengan bisa memilah milahnya, dia lakukan yang benar dan tidak lakukan yang salah.
Keempat, jadikan bulan Ramadan bulan beramal bersedekah. Bahkan Nabi memberi rambu-rambu bahwa sedekah yang paling afdal di bulan Ramadan. Bukan berarti di bulan lain tidak baik namun ini memicu kita untuk semakin berlomba untuk bersedakah.
Kelima, Ramadan harus jadi wasilah untuk kita cinta bangsa. Kata Allah, tidak disebut beriman seseorang sampai terbukti ia mencintai sesama seperti mencintai dirinya.
“Perbedaan agama, ras, suku, bahkan politik jangan sampai hilang rasa cinta kita kepada sesama. Maka orang mukmin harus mencintai sesamanya dalam keragamaan dan cintanya harus tulus,” pungkas Haedar.