Merawat Kebhinekaan di Tengah Gempuran Modernisasi dan Globalisasi
Salah satu identitas Indonesia yang paling dominan dari dulu hingga sekarang adalah keragaman, atau kebhinekaan.
Editor: Johnson Simanjuntak
Dari ayat Al-Qur’an ini kita sebagai manusia tidak boleh memandang orang lain dengan sebelah mata hanya karena adanya perbedaan suku, perbedaan agama, atau adat istiadat. Dalam berinteraksi satu sama lain harus tetap mengedepankan rasa keadilan yang merupakan petunjuk bagi kehidupan umat manusia dalam konteks berbangsa dan bernegara.
Perbedaan diantara sesama manusia jangan lantas menjadikan sebuah jurang yang menganga antara satu dengan lainnya, justeru ini sebuah anugerah yang patut di syukuri dan harus senantiasa di rawat betul.
Meskipun ditengah keragaman ini banyak efek negatif dari poros globalisasi dan modernitas yang merambah tidak hanya pada jalan kehidupan pribadi tetapi juga jalan kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana dimensi kehidupan manusia tengah mengalami tirani modernisasi.
Kondisi seperti ini sangat dimungkinkan agar aspek pemahaman pluralitas harus mampu menjadi filter terhadap bahaya modernisasi secara fungsional dan professional yang menggerus nilai-nilai kebersamaan.
“Perbedaan masyarakat kita baik nasional maupun global, harus tetap bisa mempertahankan dan memupuk pemahaman kebhinekaan kita sesuai dengan tuntunan dan anjuran Al-Qur’an di tengah globalisasi seperti sekarang ini, pungkas Ai Fatimah.
Program Ngabuburit BKNP PDIP dengan tema besar ‘Mata Air Kearifan Walisongo’ hadir setiap hari pada bulan Ramadhan pukul 17.00 WIB. Sementara sebelum sahur, ditampilkan program sejenis juga. Semuanya dapat diikuti melalui kanal Youtube: BKNP PDI Perjuangan, Instagram: BKNPusat dan Facebook: Badan Kebudayaan Nasional Pusat.