6 Golongan Tak Wajib Puasa, Anak Kecil Belum Baligh hingga Perempuan Hamil dan Menyusui
Meski pada dasarnya puasa Ramadan wajib dilakukan semua kaum muslim, namun terdapat golongan tertentu yang tidak wajib melakukan puasa Ramadan.
Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Puasa Ramadan adalah ibadah yang hukumnya wajib bagi umat Islam yang dilaksanakan selama satu bulan.
Meski pada dasarnya puasa Ramadan wajib dilakukan semua kaum muslim, namun terdapat golongan tertentu yang tidak wajib melakukan puasa Ramadan.
Dalam kitab-kitab fikih, disebutkan bahwa terdapat enam golongan orang yang tidak wajib melakukan puasa Ramadan.
Dikutip dari akun Instagram @bimasislam, berikut 6 golongan yang tak wajib puasa.
Baca juga: Niat Puasa Ganti Ramadhan atau Mengqadha, Lengkap dengan Cara Membayar Utang Puasa
Baca juga: Keutamaan dan Manfaat Melaksanakan Puasa Ramadhan, Pahala Dilipatgandakan dan Badan Jadi Sehat
Golongan yang Tak Wajib Puasa
1. Anak kecil
Anak kecil yang belum baligh atau belum dewasa, maka tidak wajib melakukan puasa.
Namun, jika sudah berusia sekitar tujuh tahun, maka hendaknya dilatih dan diajari untuk melakukan puasa Ramadan, tapi tidak boleh dipaksa.
2. Orang Gila
Puasa Ramadan tidak wajib bagi orang gila, meskipun sudah dewasa.
Hal ini dikarenakan orang gila dinilai tidak memiliki akal yang normal sehingga tidak ada kewajiban apa-apa baginya, termasuk puasa Ramadan.
3. Orang yang sakit dan orang tua renta yang sudah lanjut usia
Orang yang sedang sakit, apabila jika berpuasa akan lambat sembuh atau malah tambah parah, baginya tidak wajib berpuasa.
Tetapi, ia wajib menggantinya di luar bulan Ramadan jika sudah sembuh.
Jika tidak ada harapan sembuh, maka ia hanya wajib membayar fidiah.
Begitu juga orang tua yang sudah lanjut usia dan tidak mampu berpuasa, tidak wajib puasa Ramadan.
Hanya diwajibkan membayar fidiah sebagai ganti dari puasa yang ditinggalkan.
4. Perempuan haid dan nifas
Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak wajib berpuasa di bulan Ramadan.
Namun, wajib menggantinya di hari-hari lain di luar bulan Ramadan.
5. Perempuan hamil dan menyusui
Perempuan hamil atau menyusui tidak wajib berpuasa di bulan Ramadan.
Namun, apabila ia tidak berpuasa, maka wajib menggantinya.
Sekaligus membayar fidiah jika tidak berpuasa karena khawatir terhadap keselamatan anaknya.
6. Orang yang sedang dalam perjalanan jauh
Orang yang sedang dalam perjalanan jauh, yaitu perjalanan yang jaraknya boleh melakukan qashar shalat, maka baginya tidak wajib berpuasa.
Apabila tidak berpuasa, maka wajib menggantinya di hari-hari lain di luar bulan Ramadan.
Ketentuan dan Batas Terakhir Qadha Puasa Ramadhan
Sebelum memasuki bulan suci Ramadhan yang diperkirakan jatuh di awal April 2022, pastikan umat muslim tidak punya utang puasa Ramadhan sebelumnya.
Dikutip dari Tribunkaltim.co, membayar utang alias Qadha puasa Ramadhan juga memiliki batas waktu.
Qadha menggantikan puasa Ramadhan sebelumnya yang tidak bisa ditunaikan.
Mengenai qadha puasa, terdapat beberapa hal yang memperbolehkan seorang muslim tidak puasa di bulan Ramadhan.
Mereka yang diperbolehkan adalah musafir, orang sakit, orang jompo (tua tidak berdaya), perempuan hamil, tercekik haus (mengancam hidup), perempuan haid, perempuan nifas, dan perempuan menyusui.
Dalam keadaan seperti di atas, Allah mengizinkan.
Namun, setelah Ramadhan berakhir, orang-orang yang hutang puasa diharuskan membayarnya.
Dengan cara bisa menggantinya dengan berpuasa di bulan lain atau membayar fidyah.
Kewajiban membayar utang puasa Ramadhan dijelaskan oleh Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 184.
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Ayyāmam ma'dụdāt, fa mang kāna mingkum marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, wa 'alallażīna yuṭīqụnahụ fidyatun ṭa'āmu miskīn, fa man taṭawwa'a khairan fa huwa khairul lah, wa an taṣụmụ khairul lakum ing kuntum ta'lamụn
Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
(Tribunnews.com/Devi Rahma) (TribunKaltim.co/Rita Noor Shobah)