KBRI Washington Gelar Buka Puasa Lintas Iman, Dihadiri Luhut hingga Sri Mulyani
Kegiatan berbuka puasa lintas iman sangat penting dilakukan masyarakat Indonesia, yang memiliki latar belakang kepercayaan dan agama yang berbeda.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC menggelar acara buka puasa bersama, yang dihadiri para tokoh lintas iman dari tiga agama Ibrahim, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi.
Acara buka puasa ini menghadirkan Indonesia yang damai, toleran, dan saling menghormati.
Hadir pula perwakilan institusi pemerintah Amerika Serikat (AS), asosiasi kemasyarakatan dan swasta, para duta besar negara-negara Islam dan ASEAN, serta beberapa pejabat tinggi negara yang sedang menghadiri acara tahunan IMF/Bank Dunia Spring Meeting.
Baca juga: Sosialisasikan TPES 50, Seknas KIB Safari Ramadan ke Garut
Mereka di antaranya Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.
Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk AS Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan, kegiatan berbuka puasa lintas iman sangat penting dilakukan masyarakat Indonesia, yang memiliki latar belakang kepercayaan dan agama yang berbeda.
Selain itu, lanjutnya, acara berbuka puasa yang melibatkan para tokoh lintas iman untuk menghadirkan Indonesia yang damai, toleran, dan saling menghormati.
“Ini adalah acara buka puasa bersama pertama yang kami selenggarakan setelah tiga tahun merebaknya pandemi Covid-19. Jadi, ketika kami memberitahu akan ada acara ini, banyak sekali tokoh yang ingin hadir, tetapi kami tetap harus membatasi,” kata Rosan melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (16/4/2023).
Rosan mengatakan, buka puasa bersama juga menjadi wadah untuk memperkaya pengetahuan lintas agama, mempererat pesaudaraan lintas agama, dan menjadi wadah pemahaman budaya.
“Dialog lintas iman sangat efektif untuk memperkuat moderasi beragama dan wujud kebhinekaan,” ujarnya.
Rosan juga mengapresiasi kebijakan baru di beberapa kota di AS yang menjadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai hari libur sekolah, sehingga memberi kesempatan pada siswa-siswa Muslim untuk menjalankan ibadah hari besar mereka tanpa dihitung sebagai absen sekolah.
“Saya menyambut baik karena ini menunjukkan kebesaran hati banyak pihak untuk mulai memahami Islam secara lebih luas, lebih dalam, lebih saling menghormati; dan ini yang harus terus disosialisasikan ke depan,” ujarnya.
Indonesia Ramah
Sementara itu, Imam Mohamed Magid, Executive Religious Director of All Dulles Area Muslim Society Center di Sterling, Virginia, mengaku sangat gembira diundang dalam acara buka puasa ini.
“Sangat luar biasa, kita dapat berbuka puasa di KBRI yang terkenal keramah-tamahannya. Ditambah lagi dengan kehadiran tokoh dan pemimpin agama lain, terutama agama Islam, Kristen dan Yahudi, yang nanti akan sama-sama bicara tentang keragaman, keunikan dan kesamaan agama-agama Ibrahim ini,” kata Iman Magid.
Pada kesempatan itu, Imam Magid mengenakan baju batik tangan panjang berwarna biru kehijauan yang dibelinya ketika datang ke Jakarta bersama Presiden Barack Obama, pada November 2010 lalu.
Ia mengatakan, acara ini benar-benar merefleksikan Indonesia, negara yang sangat indah, toleran, dan dikenal menerima orang lain dengan tangan terbuka.
Hal senada juga disampaikan Rabi David Saperstein, pemimpin komunitas Yahudi yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Luar Biasa AS Untuk Kebebasan Beragama Internasional.
“Setiap kali diundang untuk datang dan bicara, saya dan komunitas kami merasa senang karena hubungan khusus kami dengan Indonesia. Komunitas masyarakat Yahudi sangat gembira dapat berbagi pengalaman, terutama karena tahun ini sangat istimewa mengingat kita merayakan hari besar di waktu bersamaan, yaitu Passover yang dirayakan warga Yahudi, Paskah yang dirayakan warga Kristen, dan Ramadan yang dijalankan warga Muslim. Ketiganya memperbarui kembali semangat spiritualitas kita bersama," ujarnya.
Pastur Senior Bruce Mitchell juga menyampaikan hal yang sama ketika berbicara dalam acara ini.
Dalam perspektif agama Ibrahim, agama Yahudi, Kristen, dan Islam dinilai datang dari Tuhan melalui seorang rasul dan nabi pilihan yang membawa misi yang sama, yaitu tauhid atau monoteisme.
Lewat ceramah singkat ketiga tokoh agama yang hadir dalam acara ini, disampaikan bahwa Yahudi diturunkan melalui Musa, Nasrani atau Kristen melalui Isa, dan Islam melalui Muhammad.
Kedekatan ketiga agama itu tampak ketika ketiga utusan itu bertemu pada Ibrahim dan sama-sama mengakui Ibrahim sebagai “the foundation father’s” atau bapak para nabi, bagi agama tauhid, yang mengakui satu Tuhan.
Pertemuan lintas iman ini diakhiri doa dan buka puasa bersama, yang menyajikan berbagai makanan khas Indonesia, antara lain kambing guling yang disajikan secara utuh, ayam suwir Bali, sate ayam dan kambing, rendang, mie bakso hingga bubur sumsum.