Kisah Tukang Foto Keliling Masjid Al-Jabbar, Bisa Kantongi Rp1 Jutaan
Biasanya, saat bukan bulan puasa, banyak bus dari luar kota yang membawa rombongan, mengunjungi Masjid Al Jabbar.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kehadiran tukang foto keliling merupakan satu pemandangan yang tak bisa dihindari ketika berkunjung ke tempat wisata.
Tak terkecuali ketika mengunjungi salah satu objek wisata religi di Bandung, Jawa Barat, yaitu Masjid Al Jabbar.
Deni adalah satu dari sekian tukang foto keliling di Masjid Al Jabbar. Menggunakan topi di atas kepalanya, ia menawarkan jasanya kepada para pengunjung masjid.
Tribunnews mencoba menggunakan jasa yang ditawarkan Deni. Ia mematok Rp 5 ribu untuk satu foto. Pembeli akan mendapatkan foto dalam bentuk soft copy.
Baca juga: Ridwan Kamil Salat Iduladha Sekaligus Berkurban di Masjid Raya Al-Jabbar
Jika ingin dicetak, Deni mematok satu foto seharga Rp 25 ribu.
Proses foto kemudian berjalan. Deni tak hanya bertugas sebagai juru foto. Namun, pria berkumis itu juga ikut mengarahkan gaya.
Dengan empat kali jepretan, Deni mengambil foto dua kali dalam posisi landscape, sisanya dalam posisi portrait.
Deni pun memastikan kembali apakah konsumennya puas dengan hasil jepretannya.
Jika belum, ia menawarkan untuk mencari titik foto lain. Dengan sigap, ia mengajak pengguna jasanya ke titik yang berbeda. Kali ini, Deni menyarankan kami untuk foto sambil duduk.
Usai berfoto dan merampungkan transaksi, Deni berkesempatan berbagi cerita sedikit bersama kami.
Ternyata, pada bulan puasa tahun ini, jumlah orang yang ingin menggunakan jasanya menurun.
Biasanya, saat bukan bulan puasa, banyak bus dari luar kota yang membawa rombongan, mengunjungi Masjid Al Jabbar.
"Bus itu banyak. Banyak kalo hari biasa. Sebelum ramadan itu dari luar kota, itu banyak. Dari Serang. Bus selalu banyak. Penuh. Pas puasa agak menurun," kata Deni.
Biasanya, pada saat hari biasa, Deni akan menjadi incaran rombongan ibu-ibu. Deni bilang, para ibu-ibu ini ingin difoto dan kebanyakan dari mereka ingin hasilnya dicetak.
"Rombongan [ibu-ibu] itu pengennya cetak. Ibu-ibu rombongan bus pengennya cetak, kecuali ibu-ibu [yang datang dengan] mobil pribadi, pengennya file (dalam bentuk soft copy," ujar Deni
"Ibu-ibu yg agak tua biasanya pengennya cetak. Kebanyakannya," kata Deni lagi.
Deni mengatakan, tukang foto keliling yang ada di Masjid Al Jabbar totalnya ada 40 orang. Mereka semua merupakan tukang foto keliling yang resmi.
Untuk menjadi tukang foto keliling yang resmi, setiap orang harus membayar Rp 500 ribu per bulan kepada pihak Masjid Al Jabbar.
Dia memandang jumlah tersebut tak menjadi persoalan. Sebab, penghasilanya dalam sebulan bisa lebih dari Rp 500 ribu. Bahkan lebih dari Rp 1 juta.
"Sebulan bisa lebih [dari sejuta]. Hari-hari biasa kalau Sabtu Minggu itu bisa dapat Rp 700 ribu misalnya. Dipotong biaya cetakan, terus bagi dua dengan yang punya kamera, bersihnya Rp 300-400 ribu," ujar Deni.
Sementara itu, jika pada bulan puasa seperti sekarang ini, yang jumlah pendatangnya menurun, ia hanya mengantongi Rp 150 ribu pada akhir pekan dan Rp 80-100 ribu pada hari biasa.
Meski demikian, ini tak menyurutkan semangat Deni. Ia senantiasa datang ke Masjid Al Jabbar sejak pukul 7 pagi, menawarkan jasanya hingga malam hari.