Relawan Pun Tewas Disapu Wedhus Gembel Merapi
Seorang relawan bencana letusan Merapi dari Taruna Tanggap Bencana (Tagana) ditemukan tewas, Sabtu, (06/11/2010), siang
Editor: Prawira
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Seorang relawan bencana letusan Merapi dari Taruna Tanggap Bencana (Tagana) ditemukan tewas, Sabtu, (06/11/2010), siang. Relawan itu bernama Ariatno, (30), yang tercatat sebagai warga Kali Tengah Kidul, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Ia tewas terkena sapuan awan panas alias wedhus gembel Gunung Merapi, Jumat, (05/11/2010), dini hari lalu.
Hal itu dikatakan oleh Darmini (22), adik ipar korban, setelah mendapatkan informasi dari RS DR Sardjito, Yogyakarta. "Kita dapat informasi dari temannya sesama relawan, kalau sekarang jenazah kakak ipar saya ada di RS DR Sardjito," kata Darmini, Sabtu, (06/11/2010), di Stadion Maguwoharjo.
Darmini menjelaskan kakak iparnya itu ditemukan setelah petugas melakukan evakuasi korban sapuan awan panas Merapi yang berada di Dusun Banjarsari, Glagaharjo, Cangkringan. "Kakak ipar saya jaga logistik di posko Glagaharjo. Kan malam-malam, mungkin dia ketiduran. Terus baru dievakuasinya sekarang," ujarnya.
Mendengar informasi tersebut, istri korban Darwanti (26) hanya bisa menangis sesenggukan sambil menggendong anak tunggalnya bernama Wahyu Imam Ramadhan yang masih berusia lima tahun. Ia tampak syok dan belum bisa diajak bicara.
Menurut relawan lainnya yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa jenazah Ariatno sebetulnya sudah ditemukan kemarin. Tetapi jenazahnya belum bisa dievakuasi karena aktivitas Gunung Merapi masih tinggi. Berkali-kali suara gemuruh terdengar jelas di telinga. Arah gemuruh itu berasal dari gunung tersebut. Diperkirakan, selain Ariatno, masih ada tujuh orang lagi yang belum terevakuasi.
"Saat pencarian di Kantor Kepala Desa Glagaharjo, yang jadi bekas lokasi posko pengungsiaan kemarin, sudah kelihatan tangannya. Tapi karena suara gemuruh dan kondisinya tidak memungkinkan akhirnya ditunda. Hari ini jenazahnya baru dievakuasi," ujarnya.
Menurut anggota Basarda, Pongky Arwendo, diperkirakan masih ada 15 korban tewas di Desa Glagaharjo, Cangkringan, yang sampai sekarang belum dapat terevakuasi. Posisi korban berada tersebar di beberapa rumah. "Tim evakuasi belum bisa masuk karena masih panas," terangnya.