Anak-anak Temukan Kebahagiaan di Tumpukan Baju Bekas
Sejumlah anak-anak pengungsi di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, tampak ceria.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Juang Naibaho
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Sejumlah anak-anak pengungsi di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, tampak ceria. Mereka bermain di atas tumpukan ribuan baju bekas yang sengaja dihamparkan para relawan, di salah satu sudut stadion itu.
Mereka melompat-lompat dan menjatuhkan dirinya ke tumpukan pakaian yang empuk itu. Sesekali mereka tertawa dan berteriak dengan kencang. Baru kali ini mereka bisa melepaskan emosi yang tertahan.
Sejak meninggalkan rumah dan sekolahnya ke lokasi pengungsian akibat letusan Gunung Merapi, anak-anak itu nyaris tidak pernah lagi bermain selepas itu. Mereka hanya duduk-duduk dan menemani orangtuanya yang murung. Sesekali para relawan mengajak mereka beraktivitas seperti menggambar dan bernyanyi. Tetapi, mereka adalah anak-anak dusun yang aktraktif. Untuk menghilangkan kebosanannya tidak cukup dengan memberikan materi menggambar dan menyanyi saja. Mereka membutuhkan lebih.
Namun, setelah para relawan menumpuk ribuan pakaian bekas di salah satu sudut stadion, anak-anak itu seperti menemukan mainan baru. Awalnya, dari pinggiran tumpukan baju tersebut, mereka hanya mencari-cari baju yang cocok untuk dipakai. Tetapi, lama-lamaan mereka menginjak tumpukan itu dengan kaki telanjang. Kemudian, secara spontan mereka melompat-lompat menjatuhkan dirinya di atas tumpukan baju yang empuk.
Mereka berteriak dan tertawa gembira. Melemparkan baju-baju itu ke udara dan berusaha mengambilnya dengan saling rebutan. Mereka seloah berada di dunia fantasi ala kadarnya. Tidak ada yang dapat menghentikannya. Para orang tua hanya diam saja. Mungkin, para orang tua dan relawan akan merasa sangat berdosa jika melarang mereka yang sedang meluapkan kegembiaraannya. Maklum, kebahagiaan merupakan harga yang mahal dalam kondisi seperti ini.
Menurut Ilham (23), relawan asal Malang, ribuan pakaian tersebut sengaja ditumpuk supaya pengungsi bisa memilih langsung sesuai kebutuhannya. Relawan itu mengaku tidak sanggup membagikan pakaian itu satu per satu karena jumlah pengungsi sangat banyak. Namun, ia tidak melarang anak-anak bermain di atas tumpukan pakaian itu.
"Nggak apa-apa mereka main-main di tumpukan baju itu. Yang penting mereka senang," ujarnya Ilham.(*)